PERKEMBANGAN BUNGA KAKAO (Theobroma cacao L.) TIPE FORASTERO BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN ANATOMI
Abstract
Perkembangan Bunga Kakao (Theobroma cacao L.) Tipe Forastero
Berdasarkan Karakteristik Morfologi dan Anatomi; Mohammad Salam,
091810401025; 2009; 52 halaman; Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) adalah tanaman tropis yang berasal
dari Amerika Selatan dan menyebar ke Amerika Utara, Afrika, dan Asia termasuk
Indonesia (Sunanto, 1992). Di dunia terdapat dua macam kakao yang dibudidayakan
yaitu tipe Criollo dan tipe Forastero dengan 60% yang dibudidayakan adalah kakao
Forastero (Chaidamsari et al., 2005; Bekele, 2008). Kakao Forasteo juga merupakan
jenis kakao yang paling banyak di tanam di Indonesia (Puslitkoka, 2012). Tanaman
ini memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan yang cukup luas juga memiliki
beberapa keunggulan yaitu tahan terhadap penyakit dan tidak membutuhkan
perawatan khusus (Wachjar dan Iskandar, 1988). Kakao setiap tahun dapat
menghasilkan 5.000 – 10.000 kuntum bunga setiap tahun dan sekitar 10% yang
menjadi buah (McKelvie, 1956).
Banyak peneliti kakao berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal agar
perolehan produktivitas kakao tinggi. Salah satu cara adalah dengan hibridisasi atau
persilangan kakao unggul. Hibridisasi biasanya menggunakan teknik penyerbukan
silang tanaman. Menurut Nasir (2011), penyerbukan silang adalah berpindahnya
polen tanaman lain ke kepala putik dari tanaman yang berbeda dalam satu spesies.
Salah satu proses penyerbukan silang adalah mengenal pemilihan bunga yang tepat.
Kendala pemilihan bunga yang tepat adalah harus mengetahui kapan waktu
pemasakan kedua organ kelamin bunga. Salah satu ilmu dasar yang menunjang untuk
mengetahui pemilihan bunga yang tepat adalah dengan mengetahui perkembangan
bunga baik secara morfologi dan anatomi. Menurut Swanson et al. (2008)
pembungaan kakao tipe Criollo ±30 hari terhitung mulai dari munculnya bunga
viii
hingga bunga mekar, dengan rincian hari ke-1 – 10 adalah tahap primordia bunga
sedangkan hari hari ke-11 – 30 adalah tahap pendewasaan organ bunga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfologi dan anatomi
perkembangan bunga, lama waktu dari masing-masing tahap perkembangan,
mengetahui pemasakan polen dan pistillum, serta mengetahui karakteristik
perkembangan bunga kakao tipe Forastero. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret sampai April 2014. Metode yang digunakan meliputi pengamatan morfologi
bunga dan anatomi mulai dari munculnya bunga hingga bunga mekar. Pembuatan
preparat anatomis menggunakan metode Saas (1959). Tempat pengambilan sampel di
kebun Kotta Blater PT. Perkebunan Negara XII Kecamatan Tempurejo, Kabupaten
Jember dan pembuatan preparat anatomis dilakukan di Laboratorium Struktur
Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hasil pengamatan yang didapat pada penelitian ini adalah perkembangan
bunga kakao tipe Forastero terjadi selama 30 hari terhitung mulai dari munculnya
bunga hingga bunga mekar dan terbagi dalam 2 tahap perkembangan. Tahap awal
selama 10 hari dan tahap akhir 20 hari. Tahap awal adalah fase primordia bunga
sedangkan tahap akhir adalah fase diferensiasi dan anthesis. Fase anthesis terjadi
ketika bunga berumur 30 hari. Bunga kakao pemasakan polen dan putik tidak
berlangsung secara bersamaan. Polen lebih dahulu masak daripada putik. yaitu terjadi
pada stadia ke-9 ketika bunga berumur 24 hari sedangkan pistillum masak pada stadia
ke-10 umur 27 hari. Lama perkembangan bunga kakao tipe Forastero hampir sama
dengan bunga Syzigium pycnantthum (famili Myrtaceae) antara 26 – 31 hari
(Mudiana dan Ariyanti, 2010) dan lebih lama dari bunga lengkeng ‘Diamond River’
(Dimocarpus longan Lour., famili Sapindaceae) yaitu 20 – 24 hari (Tyas, 2013).