ISTEM PEMBERIAN NAMA PERAHU PADA KOMUNITAS NELAYAN DI PUGER KABUPATEN JEMBER
Abstract
Nama perahu adalah label yang digunakan untuk menandai perahu yang
dimiliki nelayan. Nelayan Puger dalam memberikan nama perahu sangat menarik
untuk ditelitikarena karena memiliki asal-usul yang merupakan hal-hal bersifat
konseptual yang mendorong seseorang dalam pemberian nama,demikian pula sumber
tatanilai pemberian nama memiliki asal aturan penilaian dalam pemberian nama, dan
fungsi pemberian nama perahu merupakan kegunaan nama yang dipilih oleh pemberi
nama. Fenomena pemberian nama perahu dilatarbelakangi hal-hal yang disebutkan di
atas. Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah penelitian ini adalah (1)
Bagaimanakah asal-usul pemilihan nama perahu pada komunitas nelayan di Puger
Kabupaten Jember?, (2) Bagaimanakah sumber tatanilai pemberian nama perahu pada
komunitas nelayan di Puger Kabupaten Jember?, (3)Bagaimanakah fungsi nama
perahu bagi komunitas nelayan di Puger Kabupaten Jember?.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian kualitatif
etnografi. Data penelitian ini adalah nama pada perahu dan asal-usul pemilihan nama
perahu nelayan Puger. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara, pencatatan, dan dokumentasi. Teknik analisis data meliputi reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Instrumen yang digunakan adalah
pemandu observasi dan wawancara berupa pertanyaan. Prosedur penelitian terdiri
dari tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian.
Hasil dan pembahasan menunjukkan pertama, asal-usul nama yang berasal
dari peristiwa alam, yaitu: Bledok, Purnama, dan Juli Putra. Berasal dari harapan,
vii
contohnya: Robi, Chaex, Norazizah, Nurjanah, Fatshan, Sapu Angin, Sapu Jagat,
Preman, Payung, Manis, dan Jolo Sutro. Tokoh yang diidolakan, contohnya: Basu
Dewa, Dewi Sinta, Damar Wulan, Anoman, Arjuna, Ken Arok, Raden Samudra,
Gajah Mada, Kennedy, Spiderman. Penanda identitas, yaitu: Bintang Sonar, Maha,
Bajang Laut, Jagat Puger, Putra Mandar, Daeng, Al-Warda, Alerek, dan serang
malam. Kedua, tatanilai pemberian nama 1) bersumber dari agama, contohnya: Robi,
Nurazizah, dan Fatshan, 2) alam semesta (kosmos), contohnya: Bintang sonar dan
bledok. 3) lingkungan, contohnya: Chaex dan Al-Warda, 4) mitologi Jawa,
contohnya: Basu dewa dan Arjuna, 5) mitologi modern adalah Spiderman, 6) konsep
positif yang terkait dengan indara manusia contohnya Manis. 7) aktifitas atau profesi
manusia, contohnya: Preman dan Bajang Laut, 8) kesadaran waktu contohnya Juli
Putra, 9) budaya etnis atau asyarakat contohnya: Jagat Puger dan Sapu Jagat, 11)
sejarah, contohnya: Gajah Mada dan Raden Samudra. Ketiga, fungsi pemberian
nama perahu 1) penanda harapan contohnya: Sekar Lembayung dan berandal laut 2)
penanda kewibawaan contohnya: Basu Dewa dan Raden Samudra. 3) penanda
historisitas, contohnya: Bledok dan Juli Putra, 4) penanda identitas kepemilikan,
contohnya: Putra Mandar dan Jagat Puger.
Adapun simpulan dan saran yang ingin disampaikan berdasarkan hasil
penelitian ini simpulannya adalah dalam pemberian nama perahu pada komunitas
nelayan puger memiliki asal-usul penamaan, sumber tatanilai pemberian nama, dan
fungsi pemberian nama yang memiliki keyakinan terhadap Animisme, religius Islam,
Hindu, Budha dan Kristen. Saran bagi komunitas nelayan puger, sebaiknya
melestarikan budaya pemberian nama perahu yang baik. Bagi peneliti selanjutnya,
sebaiknya memperbanyak dan membutuhkan sumber data dalam analisisnya karena
penelitian ini belum sempurna. Bagi guru Bahasa Indonesia di SMA kelas X, hasil
penelitian ini dapat digunakan pada Standar Kopetensi menulis 4. Mengungkapkan
informasi dalam berbagai bentuk paragraf (narasi, deskriptif, ekspositif). Pada
Kompetensi 4.2 menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif.