SYI’IRAN PADA MASYARAKAT MUSLIM PUGER KABUPATEN JEMBER
Abstract
Syi’iran pada Masyarakat Muslim Puger Kabupaten Jember; Anis Fitriyanti,
100210402117; 2014: 138 halaman; Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia; Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan; Universitas Jember.
Syi‟ir merupakan genre sastra transisi berupa puisi lisan yang dipandang menarik
karena memiliki dulce at utile yang dapat diketahui dari unsur-unsur pembangun syi‟ir
yakni struktur fisik (diksi, rima, dan tema) dan batin syi‟ir (aspek religius) serta
fungsinya bagi masyarakat muslim Puger Kabupaten Jember. Tidak hanya itu, pada
proses penuturan syi‟iran terbangun adanya ketertiban dalam masyarakat, seperti saat
menjelang salat berjamaah, syi‟iran dilantunkan bersama-sama secara kompak dan baru
akan dihentikan apabila imam salat datang dan memberi aba-aba. Berdasarkan uraian di
atas, rumusan masalah dibatasi pada: (1) proses penuturan syi‟ir, (2) struktur syi‟ir
berupa diksi, rima dan tema, (4) aspek religius syi‟ir, dan fungsi syi‟iran bagi
masyarakat.
Jenis dan rancangan penelitian adalah kualitatif-etnografi. Data penelitian berupa
fragmen syi‟ir dan deskripsi peristiwa syi‟iran yang mengindikasikan adanya diksi, rima,
tema, aspek religius dan fungsi syi‟iran. Sumber data berupa rekaman syi‟iran yang
diperoleh dari informan yang telah memenuhi persyaratan. Metode pengumpul data yang
digunakan yakni teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi yang dianalisis dengan
model alir Miles dan Huberman dengan modifikasi: pengumpulan data, penerjemahan,
reduksi data, pengodean, klasifikasi data, penyajian data, dan penyimpulan.
Proses penuturan syi‟iran menjelang salat berjamaah dilakukan setelah azan,
secara komunal, menghadap kiblat, dalam keadaan suci dari najis, menggunakan
pengeras suara, dan tanpa iringan musik dengan jumlah pelantun syi‟iran bergantung
pada jemaah yang datang di musola. Syi‟ir yang dilantunkan juga disesuaikan dengan
momen hari-hari penting Islam. Syi‟iran pada pembukaan dan penutupan kegiatan
selawatan dilakukan secara bersama-sama, menggunakan pengeras suara, tanpa iringan
musik, dan dipimpin oleh dua orang. Struktur syi‟ir berupa diksi digunakan oleh penyair
berdasarkan dua pertimbangan, yaitu: a) pertimbangan makna yang terdapat pada kata
mergine suwarga, kotor ati akale, dan atine peteng yang membentuk makna konotatif
vii
untuk menegaskan maksud penyair dan b) pertimbangan fonetis yang membentuk
aliterasi bunyi [ŋ], yang terdapat pada kata kurang dan wirang yang menggambarkan
suasana kesedihan sehingga membentuk efek estetis pada syi‟ir. Rima yang digunakan
sangat bervariasi, seperti rima aliterasi pada pengulangan bunyi [l] melebu, langgar, dan
lakonana. Tema yang dimuat berupa tema-tema keagamaan tentang: keesaan dan
kebesaran Tuhan yang dapat dilihat dari larik lailahaillah yang berarti „Tiada Tuhan
selain Allah‟ dan larik Gusti Allah pengeran kita, kang nyiptaake isine dunya yang
berarti „Allah pangeran kita, yang menciptakan isi dunia‟. Struktur batin berupa aspek
religius syi‟ir yang tercermin dari larik-larik syi‟ir salah satunya yakni aspek syariah
tentang pelaksanaan salat pada larik sakwise adzan, nuli wudu, melebu langgar dan
nunggu imam. Syi‟iran yang dilantunkan untuk mengajak salat berjamaah memiliki
fungsi integrasi sosial.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan bahwa syi‟iran merupakan
tradisi melantunkan syi‟ir pada momen-momen agamis yang mengandung adanya dulce
(keindahan). Hal ini dapat dilihat dari proses penuturan syi‟ir yang dilantunkan pada: (a)
menjelang salat berjamaah, (b) kegiatan selawatan, dan (c) walimatul ‘urusy. Dulce juga
dapat diperoleh dari struktur syi‟ir yang berbeda dengan parikan namun mirip dengan
syair. Diksi dan tema yang digunakan juga lebih mengarah pada aspek religius Islam
seperti keesaan Tuhan, kebesaran Tuhan. Selain itu, fungsi syi‟iran sangat kompleks dan
dapat mendidik masyarakat tentang aspek-aspek religius mulai dari integrasi sosial,
spiritual sosial, hiburan, ekonomi, menunggu imam salat, pendidikan sosial, moral,
akidah hingga kritik sosial. Fungsi-fungsi tersebut memberi utile bagi masyarakat.
Saran yang dapat diberikan bagi peneliti berikutnya, dapat dikembangkan pada
masalah keterkaitan antara kegiatan syi‟iran dengan fungsi politik, syi‟iran sebagai sarana
dakwah, prediksi syi‟ir pada masa mendatang yang dikaji dengan teori-teori relevan. Bagi
guru bahasa Indonesia, jika hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan pengembangan
materi pembelajaran di kelas X SMA pada KD 5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk
suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman.