Show simple item record

dc.contributor.authorCicik Khildar Rizqi
dc.date.accessioned2015-03-05T11:54:27Z
dc.date.available2015-03-05T11:54:27Z
dc.date.issued2015-03-05
dc.identifier.nimNIM111610101075
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/61572
dc.description.abstractPengaruh Lama Distres Kronis Terhadap Perubahan Jumlah Sel Osteoklas Pada Tulang Alveolar Tikus Sprague dawley; Cicik Khildar Rizqi; 111610101075; 2015; 58 halaman; Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Distres kronis merupakan reaksi psiko-fisiologis tubuh terhadap berbagai rangsangan yang mengganggu homeostasis sehingga mengakibatkan kerusakan pada tubuh. Salah satu bentuk distres kronis ialah stresor renjatan listrik. Pada saat distres akan terjadi aktivasi saraf simpatis untuk memproduksi katekolamin dalam jumlah banyak. Mekanisme ini diduga dapat memicu peningkatan sitokin pro-inflamatori. Sitokin tersebut dapat mempengaruhi hipotalamus pituitary adrenal (HPA) axis untuk memproduksi kortisol. Glukokortikoid diketahui mempunyai efek antiinflamasi pada tubuh sehingga hormon ini akan berperan sebagai kontrol negatif terhadap peningkatan sitokin yakni jika kortisol meningkat maka sitokin akan diturunkan untuk menghindari terjadinya kerusakan lebih lanjut pada tubuh. Akan tetapi pada kondisi distres kronis, dimana terjadi paparan hormon secara terus-menerus mengakibatkan sel darah putih merespon dengan cara menurunkan ekpresi maupun fungsi dari reseptor glukokortikoid sehingga akan terjadi penurunan aksi antiinflmasi oleh kortisol yang mengakibatkan kadar sitokin akan tetap tinggi. Sitokin-sitokin tersebut diduga mampu meningkatkan proses osteoclastogenesis dengan meningkatkan ikatan yang terjadi pada kunci mediator pembentuk osteoklas yakni receptor activator of nuclear factor kB ligand (RANKL) dengan reseptornya (RANK) sehingga terjadilah diferensiasi dari pre-osteoklas menjadi sel osteoklas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui terjadinya pengaruh lama distres kronis terhadap perubahan jumlah sel osteoklas pada tulang alveolar tikus Sprague dawley. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitiannya ialah post test only control group design serta metode vii pengambilan subyek secara simple random sampling. Subyek penelitian menggunakan tikus Sprague dawley berumur 8 minggu, berat badan 200-250 gram. Besar subyek yang digunakan sebanyak 32 ekor tikus kemudian dibagi menjadi 4 kelompok yakni 8 tikus sebagai kelompok yang tidak diberi perlakuan (hari ke-0), 8 tikus yang dipapar stresor renjatan listrik selama 7 hari, 8 tikus yang dipapar stresor renjatan listrik selama 14 hari, dan 8 tikus yang dipapar stresor renjatan listrik selama 28 hari. Renjatan listrik di lakukan untuk menginduksi distres kronis. Setelah diberi perlakuan tikus dikorbankan dengan menggunakan klorofom untuk diambil tulang rahangnya. Tulang rahang tersebut di fiksasi dengan larutan buffer formalin 10% selama sehari kemudian dilakukan deklasifikasi dengan larutan EDTA 15% sampai tulang menjadi lunak. Kemudian dilanjutkan dengan pemrosesan jaringan hingga diperoleh preparat yang siap dilakukan pewarnaan Haematoksilin Eosin dan diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran 400x. Hasil uji normalitas meggunakan Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas menggunakan Levene Test menunjukkan p>0,05 yang berarti data berdistribusi normal dan homogen. Hasil uji One Way Anova menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antar kelompok perlakuan. Pada uji lanjut LSD juga menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05) jumlah sel osteoklas pada semua kelompok. Dimana secara statistik tampak jumlah sel osetoklas terbanyak pada hari ke-28 dan terendah pada hari ke-0, serta pada hari ke-7 dan hari ke 14 tampak perbedaan jumlah yang sangat kecil namun tetap signifikan. Terjadinya peningkatan jumlah sel osteoklas pada hari ke 7 dan 28 diduga akibat pengaruh dari peningkatan hormon kortisol dan penurunan yang terjadi pada hari ke 14 diduga kortisol juga mengalami penurunan akibat mekanisme umpan balik negatif sehingga jumlah sel osteoklas ikut menurun. Sehingga dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan pada peningkatan jumlah sel osteoklas pada tulang alveolar tikus Sprague dawley yang mengalami distres kronis akibat stresor renjatan listrik selama 28 hari.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries111610101075;
dc.subjectPENGARUH LAMA DISTRES KRONIS TERHADAP PERUBAHAN JUMLAH SEL OSTEOKLAS PADA TULANG ALVEOLAR TIKUS Sprague dawleyen_US
dc.titlePENGARUH LAMA DISTRES KRONIS TERHADAP PERUBAHAN JUMLAH SEL OSTEOKLAS PADA TULANG ALVEOLAR TIKUS Sprague dawleyen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record