RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN PROSTITUSI WARIA DI KAWASAN STASIUN JEMBER
Abstract
Respon Masyarakat Terhadap Keberadaan Prostitusi Waria di Kawasan
Stasiun Jember; Galih Septian Isnayanto, 090910302056; 2014:88 halaman;
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.
Fenomena munculnya waria banyak menimbulkan polemik dalam
masyarakat. Memang kebanyakan masyarakat Indonesia menganggap keberadaan
waria tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, sebab
pekerjaan waria identik dengan kehidupan malam atau prostitusi. Seperti keberadaan
prostitusi waria di kawasan stasiun Jember yang sampai saat ini masih tetap ada. Oleh
sebab itu, rumusan masalah yang dipilih adalah Bagaimana respon masyarakat
terhadap keberadaan prostitusi waria di kawasan stasiun Jember?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan respon
masyarakat terhadap keberadaan prostitusi waria di kawasan stasiun Jember.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan teori interaksionisme
simbolik Blumer. Teori Interaksionisme Blumer dipilih karena peneliti berusaha
untuk memahami penilaian masyarakat terhadap prositusi yang berada di kawasan
stasiun Jember. Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Jember Lor Kecamatan
Patrang Kabupaten Jember. Dalam penentuan informan digunakan teknik purposive
sampling, dengan kriteria antara lain informan kunci serta informan yang bersedia
untuk diwawancarai oleh peneliti. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara, studi, dan dokumentasi. Uji keabsahan
data dilakukan dengan metode triangulasi. Proses selanjutnya adalah melakukan
analisis data meliputi pengumpulan data serta pengelolaan data. Setelah itu data
kemudian dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan.
vii
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, respon masyarakat terhadap
keberadaan prostitusi waria diantaranya adalah reaksi masyarakat terhadap jenis
kelamin waria yaitu masyarakat menganggap waria telah menyalahi kodratnya
sebagai laki-laki dan ada juga masyarakat yang menganggap jenis kelamin waria hal
yang biasa-biasa saja. Reaksi masyarakat terhadap pekerjaan waria dibidang
prostitusi yaitu masyarakat menganggap sebagai perbuatan yang melanggar hukum,
yang layak dihukum maksimal, karena membawa akibat buruk, mengandung
kejahatan dan dosa serta dapat membahayakan dan mengancam keutuhan rumah
tangga, masyarakat serta merusak moral dan mental. Rreaksi masyarakat terhadap
tempat Mangkal waria yaitu menolak karena menganggap keberadaan prostitusi
tersebut mengganggu ketertiban umum dan membuat kawasan stasiun Jember
menjadi buruk di mata masyarakat.
Beberapa aksi yang dilakukan masyarakat untuk meminimalkan aktivitas
prostitusi waria di kawasan stasiun diantaranya dengan tata cara yang bersifat kurasif
atau mengancam, seperti pemberian sanksi dan melakukan operasi ketertiban umum
terhadap waria yang mangkal di kawasan stasiun Jember. Dengan tata cara yang
bersifat persuasif atau himbauan, seperti pemberian nasehat dan memberi peluang
untuk berwirausaha kepada para waria yang mangkal di kawasan stasiun Jember.