Konstruksi Realitas Pengobatan Alternatif Randu Telu Di Banyuwangi (Studi Deskriftif Di Desa Sumberasri, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi)
Abstract
Konstruksi Realitas Pengobatan Alternatif Randu Telu Di Banyuwangi
(Studi Deskriptif Di Desa Sumberasri, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi); Candra Pratama; 2015:110 halaman; Program Studi sosiologi;
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik; Universitas Jember.
Sehat itu adalah kondisi seseorang yang ada dalam keadaan sehat, baik itu
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Masalah kesehatan pada
dasarnya menyangkut dua aspek utama. Yaitu aspek fisik (sarana kesehatan), dan
aspek non-fisik (tetang perilaku kesehatan). Perilaku kesehatan dapat dirumuskan
sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya,
khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan.
Pengobatan alternatif merupakan salah satu cara penyembuhan yang dianggap
sebagai hal yang biasa di masyarakat.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana konstruksi
realitas pengobatan alternatif randu telu? Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif, tehnik pengumpulan informan dengan
menggunakan Snowball sampling. Pengumpulan data penelitian melalui
observasi, wawancara, serta dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data dengan
cross check data dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari informan
kunci dicross check melalui informan sekunder untuk keabsahan data sesuai
dengan fenomena yang terjadi.
Hasil dari penelitian konstruksi realitas pengobatan alternatif randu telu:
1. Sejarah randu telu: tujan pembuatan awal sumur randu telu ini adalah
sebagai sarana penunjang fasilitas air bersih bagi warga serta sebagai
sarana MCK bagi para pengunjung ekowisata mangrove, akan tetapi
beralih fungsi sebagai sarana pengobatan alternatif karena sejak
kemunculan air di randu telu ini bertepatan pada malam Jum’at manis.
2. Penyebaran Pengobatan Alternatif Randu Telu: Terkait dengan
kemunculan mata air randu telu ini bertepatan dengan malam jum’at
vii
manis, sehingga masyarakat percaya air yang ada di randu telu itu
memiliki khasiat yaitu bisa menyembuhkan penyakit, dan kemudian kabar
tersebut tersebar ke masyarakat melalui mulut-kemulut.
3. Perkembangan Pengobatan Alternatif Randu Telu: Perkembangan lebih
lanjut mengenai randu telu saat ini selain dijadikan salah satu Ekowisata
Mangrove, banyak masyarakat yang berbondong-bondong datang ke randu
telu dengan tujuan melakukan pengobatan alternatif.
4. Proses penyembuhan di randu telu: mandi di tempat randu telu, berdoa di
tempat randu telu, dan pemilihan hari.
5. Pengobatan alternatif sebagai sebuah realitas objektif: pengambilan
keputusan tentang pengobatan alternatif karena hal ini disebabkan
kejenuhan tetang penyakit yang diderita oleh individu sehingga mencari
alternatif lain dalam mencari kesembuhan.
6. Pengobatan alternatif sebagai sebuah realitas subjektif: individu
menentukan pengobatan yang harus diambil, apakah masih bertahan
dengan pengobatan secara medis atau beralih kepengobatan alternatif yang
sedang marak dilakukan masyarakat sekitar tempat tinggal mereka.
7. Proses simultan Berger dalam menjalani pengobatan altenatif randu telu,
yaitu:
a. Proses ekstrenalilsasi: kejenuhan akan pengobatan yang pernah
dilakukan oleh si penderita maka dengan adanya proses
ekstrenalisasi ini si penderita mendapat gambaran tentang
pengobatan yang hendak dipilih itu dari hasil interaksi dengan
keluarga, kerabat, teman sepergaulan, atau pun teman yang juga
sedang mengalami kondisi yang sama.
b. Proses objektifikasi: adanya aturan yang tidak tertulis dalam
menjalankan pengobatan alternatif di randu telu, akan tetapi
masyarakat mempercayai dan menjahui apa yang memang tidak
boleh diakukan. Dan juga peran agama disini penting sekali dalam
memberikan norma/aturan dalam mengatur masyarakat apakah yang
viii
meraka lakukan ini tergolong syirik/musrik itu semua kembali lagi
kepada para pasien dan pengunjung sumber mata air randu telu.
c. Proses internalisasi: adanya dorongan yang kuat untuk mencari
pengobatan demi kesembuhan penyakitnya, baik itu dari luar seperti
dorongan keluarga, kerabat,dan teman dalam lingkungan mereka
tinggal dan dorngan dari diri sendiri yang terpenting karena
dorongan dari dalam diri sendiri yang ingin sembuh dari penyakit
yang diderita menjadi modal yang kuat dalam menentukan
pengobatan mana yang harus diambil sehingga rasa keyanikan yang
kuat untuk sembuh itu muncul dari dalam diri si penderita.