RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN USIA BAWAH LIMA TAHUN (BALITA) RAWAT JALAN PENDERITA PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS SUMBERSARI Periode 1 Januari- 31 Maret 2014
Abstract
Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien Usia Bawah Lima Tahun
(BALITA) Rawat Jalan Penderita Penyakit ISPA di Puskesmas Sumbersari
Periode 1 Januari – 31 Maret 2014; Tika Sugiarti, 082210101087; 2014: 46
halaman; Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Indonesia sebagai daerah tropis berpotensi menjadi daerah endemik dari
beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi acaman bagi kesehatan
masyarakat, termasuk penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Penyakit
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) sering terjadi pada anak. Menurut hasil
survey mortalitas ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi, diketahui ISPA
merupakan penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia, yaitu sebesar 22,30 %
dari seluruh kematian bayi. Dalam kenyataannya, antibiotika banyak diresepkan
untuk mengatasi infeksi ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil
pasien (usia dan jenis kelamin), obat-obat yang digunakan, profil penggunaan
antibiotika, dan rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien usia balita rawat
jalan penderita penyakit ISPA di Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember.
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember
pada bulan April sampai Mei 2014. Penelitian dilakukan secara non-eksperimental
dengan rancangan deskriptif, dan retrospektif dengan menggunakan buku
pendaftaran dan resep pasien selama 1 Januari – 31 Maret 2014. Sampel adalah
buku pendaftaran dan resep pasien rawat jalan untuk pasien usia bawah lima tahun
yang didiagnosa penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu pasien
dengan gejala penyakit batuk, demam, dan pilek. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode random sampling dengan menggunakan instrumen undian
sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 120 sampel. Data-data kualitatif yang
diperoleh disajikan dalam bentuk uraian atau narasi, sedangkan data kuantitatif
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara lain: Berdasarkan distribusi
usia diketahui jumlah pasien laki-laki lebih banyak dari jumlah pasien perempuan,
yaitu pasien laki-laki sebesar 53% dan pasien perempuan sebesar 47%.
viii
Berdasarkan ditribusi umur diketahui kelompok umur terbesar pada pasien ISPA
adalah kelompok umur 12 - <36 bulan, yaitu 55 pasien dengan presentase sebesar
48,5 %.
Obat yang diberikan sebagai terapi adalah antibiotika yaitu amoksisilin
dan kotrimoksasol sebesar 75% dan obat-obat untuk terapi suportif seperti
parasetamol, CTM, GG, deksametason, vitamin B-Complex, vitamin B6, vitamin
C, dan sirup DMP sebesar 25%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar pasien diberi terapi antibiotik.
Berdasarkan profil antibiotik yang diberikan dapat diketahui bahwa
amoksisilin lebih banyak diberikan daripada kotrimoksasol, yaitu amoksisilin
sebesar 77,8% dan kotrimoksasol sebesar 22,2%. Bentuk sediaan yang paling
banyak digunakan adalah sirup yaitu amoksisilin sirup dengan presentase 68,9%
dan kotrimoksasol sirup dengan presentase 20%.
Antibiotik yang diberikan dikaji rasionalitas penggunaannya berdasarkan
parameter tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, dan waspada interaksi
obat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui rasionalitas penggunaan antibiotik
yaitu tepat indikasi sebesar 0% dan tidak tepat indikasi sebesar 100% sehingga
disimpulkan pemberian antibiotik tidak rasional. Tepat pemilihan obat sebesar 0%
dan tidak tepat pemilihan obat sebesar 100% sehingga disimpulkan pemberian
antibiotik tidak rasional. Tepat dosis sebesar 8,9% dan tidak tepat dosis sebesar
91,1% sehingga disimpulkan pemberian antibiotik tidak rasional. Waspada
interaksi obat sebesar 100% dan tidak waspada interaksi obat sebesar 0% sehingga
dapat disimpulkan pemberian antibiotik rasional.
Penggunaan antibiotik untuk pengobatan penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) pada pasien usia Balita memerlukan perencanaan dan
harus disesuaikan dengan pedoman terapi yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal
ini dilakukan agar tidak terjadi resistensi antibiotik. Selain itu, penggunaan
antibiotik yang tepat dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian balita
akibat ISPA.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]