Show simple item record

dc.contributor.authorDiah Puspaningrum
dc.date.accessioned2015-02-04T03:35:38Z
dc.date.available2015-02-04T03:35:38Z
dc.date.issued2015-01
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/61252
dc.descriptionInfo lebih lanjut hub: Lembaga Penelitian Universitas Jember Jl. Kalimantan No.37 Telp. 0331-339385 Fax. 0331-337818 Jemberen_US
dc.description.abstractAdanya perubahan paradigma pembangunan kehutanan maka secara khusus tujuan penelitian ini adalah: 1)Melakukan social mapping wilayah-wilayah masyarakat desa penyanggah di kawasan Taman Nasional Meru Betiri dan melakukan penggalian potensi-potensi yang dimiliki masing-masing wilayah berdasarkan kearifan lokal yang dimiliki (sumberdaya, pengetahuan, budaya, dan proses) lokal; 2) Melakukan kajian model pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh Taman Nasional Meru Betiri; 3) Menyusun model pemberdayaan masyarakat desa penyanggah berbasis kearifan lokal dan keberlanjutan di kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Penentuan daerah penelitian adalah secara sengaja (purposive sampling). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode Pemantauan Cepat (Rapid Appraisal Methods) dengan melakukan :Indepth interview,Observasi lapang, FGD (Focus Discussion Group) sehingga digunakan berbagai macam teknik pengumpulan data (Triangulasi teknik). Metode Analisis Data yang dikumpulkan secara indept interview dan observasi menggunakan nalisis data interaktif dari Miles and Huberman(1992). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: 1) Kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat desa penyangga berupa budaya lokal masih sangat beragam. Terutama tampak dalam sistem nilai budaya lokal yang dimiliki masyarakat desa penyangga. Hanya ada sebagian kecil masyarakat yang memiliki orientasi nilai budaya yang berorientasi masa depan dalam mengelola Sumberdaya Alam Hutan dan Ekosistem (SDAHE) sedangkan sebagian besar masih berorientasi hanya pada masa kini. 2) Strategi yang dilakukan oleh Taman Nasional Meru Betiri adalah dengan menggunakan pendekatan mezzo melalui pembentukan kelompok masyarakat secara lokal seperti: SPKP, Ketan Merah, MMB, Kader Konservasi, Jaketresi. Strategi pemberdayaan yang ditujukan kepada kelompok adalah strategi mezzo dimana sasarannya adalah kelompok, Peer Group, Self help group. Teknik yang dilakukan untuk melakukan pemberdayaan adalah melalui pendidikan, pelatihan dan dinamika kelompok. Menurut hasil Peta Analisis Jaringan Sumber (AJS) bahwa kelompok/lembaga yang memang dibentuk oleh TNMB dalam kerangka kelestarian hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat telah memiliki hubungan timbal balik. Sedangkan lembaga-lembaga yang independen (LSM), lembaga pemerintah dan Perguruan Tinggi belum memiliki hubungan timbal balik. Interaksi antara LSM, Lembaga Pemerintah dan Perguruan tinggi masih sangat lemah 3) Model Pemberdayaan masyarakat desa penyangga berbasis kearifan lokal adalah dengan menekankan pada capacity building. Model pemberdayaan masyarakat desa penyangga berkelanjutan adalah melalui penguatan kelembagaan dan modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat desa penyangga.en_US
dc.publisherFAk. Pertanian'13en_US
dc.relation.ispartofseriesHB;104
dc.subjectPemberdayaanen_US
dc.subjectMasyarakat desaen_US
dc.subjectTaman Nasionalen_US
dc.subjectKearifan Lokalen_US
dc.titleMODEL PEMBERDAYAAN LEMBAGA PENGELOLA SUMBER DAYA HUTAN DAN EKOSISTEM (SDAHE) BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA TAMAN NASIONAL MERU BETIRIen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record