dc.description.abstract | Pangalem Bahasa Madura di Bondowoso (Sebuah Kajian Sosiopragmatik);
Rahmat Hidayat, 080110201061; 2013; 76 halaman; Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra Universitas Jember.
Pangalem merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang ada dalam
masyarakat Madura. Pangalem adalah ungkapan pujian dengan bentuk bahasa
kiasan yang digunakan oleh masyarakat Madura. Ungkapan pangalem ini
digunakan secara turun-temurun dari nenek moyang sampai saat ini masih
digunakan. Tujuan dalam penelitian pangalem ini adalah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan (1) jenis-jenis pangalem yang ada di Kabupaten Bondowoso, (2)
fungsi penggunaan pangalem yang terdapat di Kabupaten Bondowoso, dan (3)
tingkat pemahaman dan penggunaan masyarakat Bondowoso terhadap pangalem.
Dalam pengambilan data peneliti mengunakan dua kriteria informan, yang
pertama tokoh masyarakat, tokang mamacah „seniman macapatan‟ dan tokang
kéjhung „seniman tembang Madura‟, sedangkan yang kedua untuk mengetahui
tingkat pemahaman dan penggunaan pangalem peneliti memilih informan yang
berusia 17-35 (keluarga muda).
Dalam penyediaan data peneliti menggunakan dua metode yakni, metode
cakap atau wawancara dan metode simak. Dalam metode cakap peneliti
menggunakan teknik dasar catat, sedangkan metode simak peneliti menggunakan
teknik dasar sadap dan teknik lanjutan simak bebas libat cakap (SLBC) yang
dilanjutkan dengan mencatat percakapan yang dituturkan penutur. Tahap analisis
data peneliti menggunakaan metode padan deskriptif, metode kualitatif yang
dilanjutkan metode kuantitatif dan metode pragmatik. Tahap penyajian hasil
analisis data peneliti menggunakan metode penyajian formal dan informal.
Data pangalem yang telah diperoleh dari masyarakat Madura di Desa
Pancoran, Kecamatan Bondowoso, Kabupaten Bondowoso diklasifikasi
berdasarkan jenisnya yakni (1) pangalem berkaitan dengan nama anggota tubuh
viii
manusia, (2) pangalem berkaitan dengan sifat manusia, dan (3) pangalem
berkaitan dengan sikap manusia. Untuk fungsi dan penggunaan pangalem yang
digunakan oleh masyarakat Madura di Bondowoso dijelaskan dalam bentuk
tuturan utuh yang dianalisis dengan menggunakan teori tindak tutur lokusi dan
ilokusi.
Berdasarkan hasil dari daftar tanyaan mengenai pemahan dan penggunaan
pangalem diketahui pangalem berdasarkan kriterianya, yaitu 1) Pangalem yang
sangat dipahami, yakni antara 14-15 informan, 2) Pangalem yang dipahami, yakni
antara 10-13 infoman, 3) Pangalem yang kurang dipahami, yakni antara 6-9
informan, 4) Pangalem yang tidak dipahami, yakni antara 0-5 informan, 5)
Pangalem yang paling banyak digunakan, yakni antara 14-15 informan, 6)
Pangalem yang digunakan, yakni antara 10-13 informan, 7) Pangalem yang
kurang digunakan, yakni antara 6-9 informan, 8) Pangalem yang tidak digunakan,
yakni antara 0-5 informan, 9) Pangalem yang paling dipahami dan banyak paling
banyak digunakan, 10) Pangalem yang banyak dipahami namun sedikit
digunakan, dan 11) Pangalem yang tidak dipahami dan tidak digunakan | en_US |