KETIDAKADILAN GENDER NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA
Abstract
Ketidakadilan Gender Novel Lintang Karya Nana Rina; Meyda Novita
Sari;090110201042; 2013 : 67 halaman; Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra
Universitas Jember.
Penelitian ini difokuskan untuk menjawab rumusan masalah yaitu, 1)
Bagaimana unsur-unsur struktural yang terdapat dalam novel Lintang karya Nana
Rina yang meliputi tema, penokohan dan perwatakan, latar, serta konflik 2)
Bagaimana aspek ketidakadilan gender yang terdapat dalam novel Lintang karya
Nana Rina yang meliputi marginalisasi, subordinasi, sterotip, kekerasan, dan beban
kerja. Tujuan pembahasan yaitu: 1) Mendeskripsikan keterkaitan unsur-unsur
struktural yang membangun novel Lintang karya Nana Rina yang meliputi tema,
penokohan dan perwatakan, latar serta konflik; 2) Mendeskripsikan aspek-aspek
ketidakadilan gender yang ada dalam novel Lintang karya Nana Rina yang meliputi
marginalisasi, subordinasi, sterotipe, kekerasan, dan beban kerja.
Kajian teori yang mendasari permasalahan dalam penelitian ini dilakukan
secara struktural yang meliputi: tema, penokohan dan perwatakan, latar, dan konflik.
Pragmatik meliputi: marginalisasi, subordinasi, sterotipe, kekerasan, dan beban kerja.
Sedangkan metode yang digunakan metode kualitatif deskriptif. Adapun langkahlangkah
metode kualitatif deskriptif dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) membaca
novel secara keseluruhan; 2) mengidentifikasi dan mengolah data dengan
mengklasifikasikan data-data yang berhubungan dengan unsur-unsur struktural; 3)
mengumpulkan data-data yang diperoleh berdasarkan pokok permasalahan penelitian;
4) memilah data-data sesuai masalah penelitian; 5) mengidentifikasi dan mengolah
data dengan mengklasifikasikan data-data yang berhubungan dengan ketidakadilan
gender; 6) melakukan analisis struktural; 7) melakukan analisis ketidakadilan gender;
8) menarik kesimpulan dari analisis tersebut.
vii
Hasil analisis dari penelitian ini adalah, pertama, tema mayor novel Lintang
karya Nana Rina adalah seorang wanita yang mengalami kekerasan dapat melahirkan
anak yang menderita keterbelakangan mental. Sedangkan tema minor yaitu Orang tua
yang memaksakan pilihannya berakibat ketidakbahagiaan pernikahan anaknya,
Perselingkuhan menyebabkan keluarga tidak bahagia, Masayarakat yang tidak dapat
memahami keterbatasan seseorang menyebabkannya menjadi tertekan dan minder.
Tema mayor dan tema minor memiliki keterkaitan yang sangat erat dan saling
mendukung.
Kedua, tokoh utamanya adalah Lintang. Lintang merupakan tokoh yang
memiliki watak bulat (round character ) karena mengalami perubahan watak. Tokoh
utama didukung oleh tokoh bawahan. Tokoh bawahan yang paling banyak
berhubungan dengan tokoh utama adalah Aji, ayah Lintang, dan ibu Lintang. Tokoh
Aji, ayah Lintang dan ibu Lintang berwatak datar (flat character) karena juga tidak
mengalami perubahan watak.
Ketiga, Konflik meliputi konflik antara manusia dengan manusia terjadi
anatara Aji dengan temannya dan Aji dengan Lintang. Konflik antara manusia dengan
masyarakat terjadi pada keluarga Lintang dengan masyarakat saat Aji setiap malam
bermain bridge dan Lintang dengan teman-teman sekantornya. Konflik manusia
dengan alam mengacu pada tokoh Lintang dengan Aji. Konflik anatara ide yang satu
dengan ide yang lain mengacu pada tokoh Lintang. Konflik seorang dengan kata
hatinya dialami Lintang
Keempat, latar meliputi latar tempat, latar waktu, latar sosial. Latar tempat
terjadi di Pendopo dan gedung Sekarsari, rumah Utari, rumah Eyang Wongso. Latar
waktu terjadi pada pagi hari, sore hari dan malam hari. Latar sosial Latar sosial
berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat dalam
sebuah karya di daerah Jawa Tengah.
Kajian pragmatik meliputi stereotip, marginalisasi, subordinasi, kekerasan,
dan beban kerja. Stereotip dilakukan oleh tokoh bapak terhadap Lintang dengan
melarangnya keluar malam, Aji terhadap istri temannya yang menyatakan istri
viii
temannya itu mandul karena sudah enam tahun menikah tetapi belum mempunyai
anak. Strereotip juga dilakukan Aji terhadap Lintang dengan meragukan kesuburan
Lintang dan tidak pernah mendengarkan perkataan Lintang.
Marginalisasi dilakukan oleh teman-teman Lintang yang menjauhi dan
mengejeknya karena tidak perna beribadah. Marginalisasi juga dilakukan oleh temanteman
kantor Lintang yang juga menjauhi dan menbencinya karena sering
meninggalkan pekerjaan kantor.
Subordinasi dilakukan oleh ayah Anggit terhadap Lintang dengan
melarangnya masuk kuliah di jurusan ilmu eksak. Ayah Anggit menganggap Lintang
akan mengungguli Anggit dalam bidang pendidikan dan pekerjaan. Subordinasi juga
dilakukan oleh Anggit kepada Lintang, pandangan masyarakat terhadap Katriningsih
yang seorang istri muda dari seorang doktor dan juga tokoh Ibu kepada Lintang yang
menyuruh Lintang untuk menjaga kehormatan suami dan keluarganya.
Kekerasan dilakukan oleh tokoh Bapak kepada Lintang dengan menyeretnya
ke dalam kamar dan mengacungkan pisau di depan Lintang. Kekerasan juga
dilakukan oleh tokoh Ibu dan Aji kepada Lintang. Tokoh Ibu mengikat tangan dan
kaki Lintang ke dipan agar Lintang tidak bisa berontak saat dilarang untuk keluar
rumah. Aji melakukan kekerasan dengan menampar Lintang saat ia sedang emosi.
Beban kerja dialami Lintang ketika ia sudah menikah dan mempunyai anak.
Aji yang berprofesi sebagai calon capeg, gajunya hanya cukup untuk kebutuhan
hidup sehari-hari, sedangkan mereka sudah mempunyai anak. Ketiga mereka sudah
mempunyai tiga orang anak, Lintang tetap mempunyai beban kerja karena ia harus
membiayai pengobatan kedua anaknya yang cacat. Beban kerja yang dialami Lintang
mengakibatkan ia tidak disukai oleh teman-teman sekantornya dan lalai mengerjakan
sholat.