dc.description.abstract | Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan adanya
peningkatan berpikir kritis dan hasil belajar. Pada siklus 1 indikator
menyampaikan pendapat memperoleh persentase 57,14%, siklus 2 menjadi 74,1%
meningkat 29,68%, siklus 3 menjadi 83,92% meningkat 13,25%. Indikator
memberikan argumentasi siklus 1 memperoleh persentase 52,67%, siklus 2
71,42% meningkat 35,59%, siklus 3 menjadi 83,03% meningkat 16,24%.
Indikator memberikan kritik siklus 1 memperoleh persentase 69,64%, siklus 2
menjadi 75,89% meningkat 8,97%, siklus 3 menjadi 84,82% meningkat 11,76%.
Indikator mengajukan pertanyaan siklus 1 memperoleh persentase 60,71%, siklus
2 menjadi 77,67% meningkat 27,93%, siklus 3 menjadi 87,50% meningkat
12,65%. Indikator membuat kesimpulan siklus 1 memperoleh persentase 61,42%,
siklus 2 menjadi 73,21% meningkat 19,19%, pada siklus 3 menjadi 86,60%
meningkat 18,28%. Hasil belajar aspek kognitif pada siklus 1 memperoleh
persentase 60,71%, siklus 2 menjadi 75% meningkat 23,53%, pada siklus 3
menjadi 85,71% meningkat 14,28%.
Kesimpulan hasil penelitian: (1) terdapat peningkatan kemampuan berpikir
kritis peserta didik; (2) terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik. Saran dari
penelitian ini adalah : (1) Bagi guru sejarah, sebaiknya menggunakan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis sehingga dapat
mempengaruhi hasil belajar peserta didik; (2) Bagi lembaga pendidikan, hasil dari
penelitian ini merupakan sebuah masukan yang dapat berguna dan digunakan
sebagai umpan balik bagi kebijaksanaan yang diambil dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan dan kegiatan pembelajaran. | en_US |