PENGEMBANGAN SENSOR OKSIGEN TERLARUT MENGGUNAKAN ELEKTRODA KERJA KARBON-PALADIUM (C-Pd) SECARA VOLTAMMETRI SIKLIK
Abstract
Oksigen terlarut merupakan komponen penting dalam perairan yang
dimanfaatkan organisme dalam proses respirasi dan dimanfaatkan mikroorganisme
untuk mendekomposisi senyawa organik serta digunakan sebagai indikator kualitas
air. Mengingat fungsinya yang sangat penting, maka perlu dilakukan monitoring
terhadap kadar oksigen terlarut. Pengukuran oksigen terlarut umumnya menggunakan
metode elektrokimia yaitu dengan menggunakan sensor amperometri dalam bentuk
Clark Electrode yang menggunakan platina (Pt) sebagai katoda. Pt merupakan logam
mulia yang jumlahnya terbatas di alam dan memiliki harga yang mahal sehingga hal
ini menjadi tantangan mencari alternatif pengganti Pt. Palladium (Pd) memiliki sifat
yang mirip dengan Pt dan memiliki mekanisme yang sama dengan Pt dalam
mereduksi oksigen terlarut sehingga berpotensi untuk dapat menggantikan Pt sebagai
katoda. Elektrodeposisi Pd pada karbon (C) bertujuan memperoleh elektroda kerja
Karbon-Palladium (C-Pd) yang memiliki kinerja sebaik Pt. Kelebihan karbon adalah
memiliki pori-pori yang dapat memerangkap Pd sehingga proses elektrodeposisi Pd
akan lebih mudah dilakukan.
Tahap pertama dari penelitian ini adalah melakukan pemindaian secara
potensial siklik untuk mendapatkan profil voltammogram elektroda kerja karbon
dalam 0,1 M HCl sebelum dan setelah ditambahkan 5 mM K2PdCl6. Pembuatan profil
voltammogram ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik puncak reduksi oksidasi
yang terjadi. Selanjutnya dilakukan optimasi larutan HCl dalam proses
elektrodeposisi palladium pada karbon. Variasi konsentrasi HCl yang digunakan
adalah 0,1 M; 0,3 M; 0,5 M, dan 0,7 M. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
konsentrasi HCl 0,5 M adalah konsentrasi optimum untuk proses elektrodeposisi
palladium pada karbon membentuk elektroda kerja karbon-palladium (C-Pd).
Elektroda kerja C-Pd yang diperoleh kemudian dikarakterisasi dalam larutan NaOH
0,1 M sehingga benar-benar diketahui bahwa terdapat palladium pada permukaan
elektroda karbon.
Tahap kedua dari penelitian ini adalah melakukan optimasi larutan elektrolit
NaOH dalam proses reduksi oksigen terlarut. Variasi konsentrasi larutan elektrolit
NaOH yang digunakan adalah 0,001 M; 0,01 M; 0,1 M, dan 0,5 M. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh konsentrasi larutan elektrolit NaOH 0,1 M adalah konsentrasi
optimum untuk proses reduksi oksigen terlarut. Selanjutnya elektroda C-Pd dalam
penelitian ini dipisahkan oleh larutan elektrolit NaOH optimum serta bagian luar
sensor ditutup oleh membran Polytetrafluoroetilena (PTFE).
Tahap terakhir adalah karakterisasi sensor oksigen terlarut C-Pd. Karakterisasi
sensor oksigen terlarut menggunakan elektroda C-Pd dilakukan selama tiga hari
berturut-turut. Nilai regresi linear dari kurva kalibrasi pada pengukuran hari pertama
sebesar 0,9825, hari kedua sebesar 0,9481, dan hari ketiga sebesar 0,9194. Sensitifitas
sensor oksigen terlarut menggunakan elektroda C-Pd pada hari pertama sebesar -
703,77 nA, hari kedua sebesar -558,36 nA, dan hari ketiga sebesar -417,81 nA. Limit
deteksi sensor oksigen terlarut C-Pd adalah 0,85 ppm. Sensor oksigen terlarut C-Pd
menunjukkan reprodusibilitas yang kurang baik setelah digunakan pada hari
berikutnya karena faktor pengotor Pd-H yang melapisi permukaan elektroda kerja.
Analis data pengukuran antara sensor oksigen terlarut C-Pd dengan sensor oksigen
terlarut komersial (DO meter) menunjukkan bahwa sensor oksigen terlarut C-Pd
masih memiliki respon dibawah DO meter komersial dalam mengukur kadar oksigen
terlarut. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, dapat diketahui bahwa nilai thitung dari 3
sampel air untuk pengukuran oksigen terlarut tidak masuk dalam wilayah -2,13 ≤
thitung ≤ 2,13 dengan selang kepercayaan 95%, artinya secara statistik memiliki
perbedaan secara nyata.