Show simple item record

dc.contributor.authorUmi Latifah
dc.date.accessioned2014-10-31T02:13:31Z
dc.date.available2014-10-31T02:13:31Z
dc.date.issued2014-10-31
dc.identifier.nimNIM100210301083
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/59824
dc.description.abstractHasil penelitian menunjukkan bahwa motif anak-anak untuk menjadi pengemis anak “awe-awe” di Jalan Raya Gumitir Desa Kalibarumanis Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi ada tiga macam, yaitu motif kondisi ekonomi keluarga, motif sosial, dan motif pemaksaan. Motif kondisi ekonomi keluarga menjadi alasan bagi mayoritas pengemis anak untuk menjalani profesi sebagai pengemis/peminta-minta. Indikator untuk melihat kondisi ekonomi keluarga melalui pekerjaan dan penghasilan orang tua. Pekerjaan orang tua dari pengemis anak “aweawe” terdiri dari dua jenis, yaitu pekerjaan sebagai buruh tani/kebun dan pengemis. ix Jenis pekerjaan sebagai buruh membuat penghasilan dari orang tua pengemis anak “awe-awe” tidak menentu setiap bulannya. Selain itu, 5 dari 6 pengemis anak “aweawe” berasal dari keluarga yang menjadi pengemis di jalan raya yang sama, sehingga 80% pengemis anak berasal dari keluarga yang juga memiliki anggota keluarga sebagai pengemis/peminta-minta. Indikator selanjutnya untuk menjelaskan ekonomi keluarga adalah penghasilan dari orang tua pengemis anak. Penghasilan tersebut sejalan dengan jenis pekerjaan mereka, sehingga masih jauh di bawah UMK Kabupaten Banyuwangi yaitu Rp 1.240.000,00, meskipun istri sudah bekerja untuk membantu menguatkan ekonomi keluarga. Oleh karena itu, jenis pekerjaan orang tua dengan penghasilan di bawah UMK serta beberapa anggota keluarga dari pengemis anak yang sama-sama menjalani profesi sebagai pengemis menjadi alasan pertama seorang anak memutuskan menjalani tugas ganda sebagai pengemis anak “awe-awe” di jalanan. Motif yang kedua adalah motif sosial yang di dalamnya adalah adanya pengaruh dari teman sebayanya yang sudah menjadi pengemis lebih dahulu. Hal tersebut didasarkan bahwa anak dengan dunia yang kental dengan pergaulan teman sepermainan sebagai tempat bersosialisasi. Pengaruh tersebut awalnya berupa ajakan untuk bermain di tempat beberapa pengemis anak menjalani rutinitasnya di jalanan, lantas lama-kelamaan subjek penelitian turut serta menjadi pengemis anak “aweawe”. Motif yang terakhir adalah pemaksaan dari orang tua pengemis anak untuk terus menjalani tugasnya sebagai pengemis di jalanan. Motif ini ditemukan pada dua subjek penelitian yang selain diberikan kewajiban untuk berada di jalanan, mereka juga mendapat hukuman verbal ketika mereka tidak menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, alasan mereka untuk menjadi pengemis anak “awe-awe” juga karena adanya pemaksaan dari orang tua agar terus menjalani profesi sebagai peminta-minta di jalanan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries100210301083;
dc.subjectPengemis, Anaken_US
dc.titleMOTIF PENGEMIS ANAK “AWE-AWE” DI JALAN RAYA GUMITIR DESA KALIBARUMANIS KECAMATAN KALIBARU KABUPATEN BANYUWANGIen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record