UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PETANI PENGEDOK DI DESA DUKUH DEMPOK WULUHAN JEMBER
Abstract
Desa Dukuh Dempok Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember merupakan daerah
pedesaan yang memiliki daerah persawahan yang cukup luas dan sangat subur. Di
Desa Dukuh Dempok ini penduduknya rata-rata sebagai petani pegedok, yaitu
petani yang tidak memiliki lahan sendiri untuk digarap. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui, mendeskripsikan, serta menganalisis upaya pemenuhan
kebutuhan petani pengedok di Desa Dukuh Dempok. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan khasanah ilmu
pengetahuan di bidang sosiologi pertanian, serta memberikan masukan bagi
Pemerintah Kabupaten Jember dalam menyusun kebijakan di sektor pertanian.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang dilakukan di Desa
Dukuh Dempok, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi dan wawancara untuk memperoleh data
primer, serta metode dokumentasi untuk memperoleh data sekunder. Peneliti
melakukan uji validitas data dengan cara cross check data dengan
membandingkan data dari informan yang didapat melalui wawancara dengan data
hasil observasi dan data hasil dokumentasi. Selanjutnya langkah-langkah dalam
proses analisis data adalah mengkategorikan dan memilih data, menginterpretasik
an dan mengaitkan data dengan teori yang sesuai, setelah tersaji deskripsi dari
hasil penelitian kemudian peneliti melakukan analisis data dan langkah terahir
adalah melakukan penarikan kesimpulan.
Petani di Desa Dukuh Dempok ini sebenarnya ada 3 macam, yaitu petani pemilik
lahan, petani penyewa, dan petani buruh atau sering disebut pengedok . Tetapi di
Desa Dukuh Dempok rata-rata sebagai petani pengedok atau petani buruh, yang
bergantung pada pemilik lahan. Petani pengedok yang ada di Desa Dukuh
Dempok ini biasanya hanya bisa menggarap lahan milik orang lain dengan sistem
ngedok, biasanya mereka ngedok lahan tersebut pada musim padi saja. Selain
musim padi pemilik lahan jarang mengedokkan lahannya, mereka lebih senang
mengerjakan lahannya sendiri dengan bantuan buruh tani atau sering disebut
dengan koli.