PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SUB POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA (KUBUS, BALOK, PRISMA, DAN LIMAS) KELAS X RPL 2 SMK NEGERI 1 TANGGUL TAHUN AJARAN 2010/2011
Abstract
Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa banyak siswa yang menganggap
matematika adalah pelajaran yang sulit dipahami. Selama ini kegiatan pembelajaran
matematika lebih menekankan pada tercapainya tujuan pembelajaran yang hanya
diukur berdasarkan tingginya nilai akademis, namun pembentukan nalar dan
kepribadian yang berpengaruh dalam pola pikir dalam menghadapi suatu
permasalahan belum tercapai. Pembelajaran matematika berbasis masalah dengan
menggunakan model kooperatif jigsaw terdiri dari lima fase yang ditekankan pada
proses pengaitan materi dengan kehidupan nyata siswa. Tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran, aktivitas siswa secara individu
selama pembelajaran, dan hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran yang
selanjutnya menentukan ketuntasan belajar siswa.
Pengambilan data dilakukan di SMK Negeri 1 Tanggul pada tanggal 5 April
2011 sampai 28 April 2011. Subyek penelitian yang diambil adalah seluruh siswa
kelas X RPL 2 berjumlah 38 orang siswa dengan 19 siswa putra dan 19 siswa putri.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Data diperoleh dengan
menggunakan metode observasi, tes, dan wawancara. Analisa data yang digunakan
adalah analisa kualitatif.
Penerapan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I masih terlihat kacau,
hal ini disebabkan karena siswa masih merasa aneh dengan penerapan pembelajaran
berbasis masalah dengan menggunakan model kooperatif jigsaw, namun pada saat
pembelajaran siklus II siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran tersebut.
Hasil penelitian yang diperoleh dari pembelajaran yang telah dilakukan
menunjukkan penerapan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I masih terlihat
kacau, hal ini disebabkan karena siswa masih merasa aneh dengan penerapan
pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan model kooperatif jigsaw.
Beberapa siswa masih merasa malas untuk mengerjakan apa yang telah menjadi
tugasnya, namun setelah guru memberikan pengarahan dan bimbingan akhirnya siswa
dapat menyelesaikan tugasnya. Penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan
menggunakan model kooperatif jigsaw di siklus II banyak mengalami peningkatan
dibandingkan dengan pembelajaran di siklus sebelumnya, siswa tidak banyak
mengalami kesulitan baik dalam mengerjakan LKS II maupun dalam pembelajaran
karena mereka sudah terbiasa dengan pembelajaran tersebut. Selain itu dari hasil
penelitian yang dilakukan juga menunjukkan adanya peningkatan aktivitas individu
dan kelompok, yaitu persentase aktivitas siswa untuk menganalisis masalah sebesar
84,21% pada siklus I dan 92,98% pada siklus II, merumuskan hipotesis sebesar
83,33% pada siklus I dan 92,10% pada siklus II, melakukan eksperimen sebesar
85,08% pada siklus I dan 92,98% pada siklus II, menarik kesimpulan sebesar 85,08%
pada siklus I dan 93,85% pada siklus II, dan kerjasama dalam kelompok sebesar
88,59% pada siklus I dan 96,49% pada siklus II. Persentase aktivitas kelompok untuk
kualitas interaksi sebesar 88,88% pada siklus I dan 100% pada siklus II, keterlibatan
dalam kelompok sebesar 88,88% pada siklus I dan 100% pada siklus II, penyampaian
materi tiap ahli di kelompok asal sebesar 92,59% pada siklus I dan 92,59% pada
siklus II, presentasi kelompok sebesar 88,88% pada siklus I dan 96,29% pada siklus
II, serta hasil kerja kelompok sebesar 88,88% pada siklus I dan 88,88% pada siklus II.
Skor tes pada siklus I menunjukkan ada 5 siswa yang tidak tuntas belajar dari 38
siswa dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 86,84% dan pada
siklus II, ada 3 siswa yang tidak tuntas belajar dari 38 siswa dengan persentase
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 92,10%. Kesimpulan dari hasil analisis data
dan pembahasan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan
menggunakan model kooperatif jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa dan
ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
siswa perlu diberi pengarahan dan bimbingan agar mereka dapat mengikuti petunjuk
yang sesuai dengan pemebelajaran yang diterapkan. Selain itu, guru juga perlu
mempersiapkan semua perangkat pembelajaran dengan sebaik-baiknya agar
pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.