PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER BERNUANSA KONTEKSTUAL PADA LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME KUBUS DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 5 BONDOWOSO TAHUN AJARAN 2010/2011
Abstract
Model Learning Together (LT) ini merupakan salah satu bentuk belajar dengan
metode pembelajaran kooperatif. Model LT berakar dari suatu motivasi,
dikembangkan oleh Davit Jonhson dan Roger Jonhson. Dalam belajar bersama terjadi
suatu proses kelompok yaitu cara individu mengadakan relasi dan kerjasama dengan
individu lain untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran di SMP Negeri 5
Bondowoso kelas VIII A cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Aktivitas belajar siswa SMP Negeri 5 Bondowoso kelas
VIII A sangat pasif, ini dikarenakan kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh
guru yang masih menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajarnya.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah penerapan model
pembelajaran Learning Together (LT) Bernuansa Konstektual pokok bahasan Luas
Permukaan serta Volume Kubus dan Balok pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 5
Bondowoso tahun ajaran 2010/2011; (2) Bagaimanakah aktivitas siswa kelas VIII A
SMP Negeri 5 Bondowoso selama proses pembelajaran matematika menggunakan
model pembelajaran Learning Together (LT) Bernuansa Konstektual pada pokok
bahasan Luas Permukaan serta Volume Kubus dan Balok; (3) Bagaimanakah
ketuntasan belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Bondowoso setelah proses
pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Learning Together (LT)
Bernuansa Konstektual pada pokok bahasan Luas Permukaan serta Volume Kubus
dan Balok.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif, Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Model skema dalam penelitian ini adalah
model Hopkins yang menggunakan dua siklus yang tiap siklus terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan
metode observasi, metode tes, dan metode interview. Metode observasi dilakukan
untuk mengetahui aktivitas siswa serta guru dan juga untuk mengetahui kesulitan –
kesulitan yang terjadi selama pelaksanaan Pembelajaran Learning Together
Bernuansa Kontekstual. Metode tes digunakan untuk mengetahui ketuntasan siswa
sebelum dan sesudah Pembelajaran Learning Together Bernuansa Kontekstual.
Sedangkan metode Interview digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru
mengenai Pembelajaran Learning Together Bernuansa Kontekstual ini.
Pembelajaran dilakukan dalam dua siklus yang tiap siklus terdiri dari 3 kali
pertemuan, sebelum siklus pertama dilakukan ada tindakan pendahuluan yang
dilakukan yaitu berupa tes pendahuluan. Dari tes pendahuluan didapat siswa yang
tuntas belajar dengan prosentase ketuntasan belajar secara klasikal hanya mencapai
47,22%. Dari tes pendahuluan dapat disimpulkan siswa masih terlalu banyak
melakukan kesalahan dalam pengerjaan soal – soal luas permukaan serta volume
kubus dan balok, ini dikarenakan siswa masih kurang memahami konsep tentang luas
permukaan serta volume kubus dan balok. Siklus pertama dilakukan dengan
menggunakan metode Pembelajaran Learning Together Bernuansa Kontekstual, pada
siklus I ini siswa tampak sangat antusias melaksanakan semua tahapan dalam
pembelajaran Learning Together Bernuansa Kontekstual dan pada akhir
pembelajaran siswa diberikan tes siklus I. Pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa
dengan pembelajaran ini, jadi siswa sudah tidak canggung dan melaksanakan semua
tahapan pembelajaran dengan sangat baik. Dari hasil observasi pada siklus I dan II
didapatkan prosentase aktivitas siswa secara klasikal meningkat dari 89,35% menjadi
93,52%, aktivitas kelompok juga meningkat dari 82,40% menjadi 92,35%. Dari hasil
wawancara dengan siswa didapatkan siswa sangat senang dan antusias dengan
pembelajaran Learning Together Bernuansa Kontekstual ini, serta hasil wawancara
dengan guru juga mendapatkan tanggapan yang sangat positif dengan pembelajaran
Learning Together Bernuansa Kontekstual ini. Hasil tes menunjukkan hasil yang
sangat menggembirakan, dari persentase ketuntasan siswa pada siklus I yang hanya
75,76% meningkat menjadi 81,86%. Ini membuktikan pembelajaran Learning
Together Bernuansa Kontekstual dapat menjadi alternatif yang menarik untuk
meningkatkan aktivitas siswa.