PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG KELAS IXB SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 TEMPEH TAHUN AJARAN 2010/2011
Abstract
Penerapan teori Van Hiele dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Nilai lebih dari pembelajaran berdasarkan teori Van Hiele adalah
penyampaian materi dilakukan sesuai dengan tingkat berpikir siswa. Hal tersebut
memungkinkan siswa dalam kelas heterogen lebih mudah dalam memahami suatu
materi pembelajaran. Hasil wawancara dengan guru SMP Negeri 1 Tempeh
menunjukkan bahwa guru biasanya menggunakan metode ceramah atau drill untuk
mata pelajaran matematika dan belum pernah menggunakan model pembelajaran
yang disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui penerapan, aktivitas, ketuntasan dan perkembangan tingkat berpikir
geometri siswa dalam setelah penerapan pembelajaran berdasarkan teori Van Hiele.
Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas IX-B SMPN 1 Tempeh tahun
ajaran 2010/2011, yang berjumlah 38 siswa. Hasil tes prapenelitian menunjukkan
bahwa siswa memiliki tingkat berpikir geometri yang berbeda-beda yaitu 15,79%
pravisualisasi, 26,32% visualisasi, 23,68% transisi antara tahap visualisasi dan
analisis, 7,89% analisis, 15,79% transisi antara tahap analisis dan deduksi informal,
serta 10,53% deduksi informal. Hasil tes prapenelitian selanjutnya akan dipergunakan
untuk membuat kelompok diskusi homogen sesuai tingkat berpikir geometri siswa
berdasarkan teori Van Hiele. Sesuai dengan teori Van Hille, ada lima tingkatan
pemahaman dalam belajar geometri yaitu: tingkat (0) visualisasi, tingkat (1) analisis,
tingkat (2) deduksi informal, tingkat (3) deduksi dan tingkat (4) rigor. Dengan adanya
pengklasifikasian ini akan membuat ketidakadilan dalam tes akhir karena soal dibuat
sama namun pemberian LKS berdasarkan tingkat berpikir geometri siswa.
Pembelajaran berdasarkan Teori Van Hiele terdiri dari 5 tahap yaitu: (i)
inkuiri yang berfungsi memberi informasi kepada guru mengenai konsep yang
dimiliki siswa, (ii) orientasi terarah yang merupakan penanaman konsep sesuai
tingkat berpikir siswa dengan bantuan LKS terbimbing, (iii) uraian yang berfungsi
mengemukakan pengalaman belajar siswa tentang konsep yang dipelajari dengan
menggunakan bahasanya sendiri melalui presentasi dan diskusi kelas, (iv) orientasi
bebas yaitu siswa dihadapkan dengan tugas-tugas yang lebih kompleks melalui soal
latihan dan diarahkan untuk belajar memecahkan masalah dengan cara siswa sendiri,
dan (v) integrasi yaitu menarik kesimpulan mengenai konsep yang telah dipelajari.
Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan teori Van Hiele berlangsung dengan baik dan
lancar. Tahap-tahap dari pembelajaran berdasarkan teori Van Hiele terlaksana dengan
baik meskipun ada kegiatan pada tahap orientasi bebas yang kurang sesuai dengan
teori Van Hiele yaitu pemberian latihan yang tidak sesuai tingkat berpikir siswa Guru
dan siswa memberikan respon positif mengenai penerapan pembelajaran ini.
viii
Aktivitas siswa dalam pembelajaran berdasarkan teori van Hiele meliputi
menanggapi pertanyaan guru, bertanya, kerjasama dalam kelompok, diskusi dan
interaksi, serta mengerjakan latihan. Tiap aktivitas mengalami peningkatan persentase
dari siklus I ke siklus II dan secara keseluruhan aktivitas siswa berada antara 50% dan
75% dan dapat dikategorikan aktif dalam pembelajaran. Aktivitas siswa dalam
pembelajaran berdasarkan teori Van Hiele meliputi menanggapi pertanyaan guru,
bertanya, kerjasama dalam kelompok, diskusi dan interaksi, serta mengerjakan latihan
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebagai berikut: keaktifan siswa
dalam menanggapi pertanyaan guru meningkat sebesar 3,94% dari 74,13% menjadi
78,07%, keaktifan siswa dalam bertanya meningkat sebesar 1,76% dari 71,05%
menjadi 72,81%, keaktifan siswa untuk kerjasama dalam kelompok meningkat
sebesar 8,32% dari 73,25% menjadi 81,57%, keaktifan siswa dalam diskusi dan
interaksi meningkat sebesar 6,14% dari 73,25% menjadi 79,39%, dan keaktifan siswa
dalam mengerjakan latihan meningkat sebesar 6,14% dari 82,90% menjadi 89,04%.
Secara keseluruhan aktivitas siswa berada antara 50% dan 75% dan dapat
dikategorikan aktif dalam pembelajaran.
Hasil tes tingkat berpikir geometri siswa dilakukan sebanyak dua kali yaitu
saat prapenelitian dan akhir siklus II. Hasil tes tingkat berpikir geometri siswa yang
pertama diperoleh hasil sebagai berikut: pravisualisasi 15,79%, visualisasi 26,32%,
visualisasi-analisis 23,68%, analisis 7,89%, analisis-deduksi informal 15,79%, dan
deduksi informal 10,53%. Pada hasil tes tingkat berpikir geometri siswa yang kedua
diperoleh hasil sebagai berikut: pravisualisasi 2,63%, visualisasi 13,17%, visualisasianalisis
18,42%, analisis 18,42%, analisis-deduksi informal 23,68%, dan deduksi
informal 23,68%. Dari hasil kedua tes tersebut diperoleh 52,63% atau 20 siswa
mengalami kenaikan tingkat berpikir geometri, 34,21% atau 13 siswa tingkat berpikir
geometrinya tetap, 13,16% atau 5 siswa tingkat berpikir geometrinya turun. Cara
pengklasifikasian ini sesuai dengan kriteria penentuan tingkat berpikir yang
dikembangkan oleh The Cognitive Development and Achievement in Secondary
School Geometry Project (CDASSG) (Usisskin dalam Sunardi, 2000).
Hasil rata-rata tes siswa pada siklus I adalah 73,61dengan ketuntasan klasikal
sebesar 75%. Hasil rata-rata tes siswa pada siklus II sebesar 86,86 dengan ketuntasan
klasikal 75%. Ketuntasan klasikal siswa tidak mengalami perubahan dari siklus I ke
siklus II yaitu tetap 75%. Akan tetapi, rata-rata nilai tes menunjukkan peningkatan
dari siklus I ke siklus II sebesar 13,25. Jadi, hasil belajar siswa setelah pelaksanaan
siklus II lebih baik daripada siklus I ditinjau dari nilai rata-rata tes siklus I dan siklus
II.
Secara keseluruhan ditinjau dari persentase aktivitas siswa dan guru,
pembelajaran berdasarkan teori Van Hiele telah dilaksanakan dengan baik dan lancar
walaupun masih terdapat kekurangan dalam penerapannya untuk tahap orientasi
bebas. Penelitian ini juga dikategorikan berhasil ditinjau dari ketuntasan belajar siswa
dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa baik dalam penguasaan konsep bangun
ruang sisi lengkung maupun perkembangan tingkat berpikir geometri siswa.