dc.description.abstract | Pada Tahun 2012 perkebunan kopi rakyat memiliki luas 96 % dari total areal perkebunan kopi di Indonesia dan komoditi ini telah menghidupi jutaan petani, pedagang kopi, buruh kopi di perkebunan negara serta buruh-buruh di industri kopi. Meski demikian petani kopi masih menghadapi banyak masalah. Lamanya masa tunggu untuk panen membuat petani harus pandai-pandai mengelola keuangannya agar mampu mencukupi kebutuhan hingga panen berikutnya tiba. Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan pengelolaan keuangan rumah tangga petani kopi, strategi bertahan hidup serta modal sosial yang bekerja dalam kehidupan sosial petani kopi rakyat yang berada salah satu Dusun (Dusun Baban Barat) di Desa Mulyorejo Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Berdasarkan riset yang telah dilakukan petani kopi rakyat mengelola keuangan rumah tangganya berbasis pada tabungan dan hutang. Meskipun petani memiliki tabungan dalam bentuk uang, kopi, ternak dan perhiasan namun kebanyakan petani memiliki hutang baik hutang kepada sesama petani maupun hutang ke toko atau tengkulak. Hutang ini umumnya untuk memenuhi kebutuhan pupuk, biaya perawatan kopi, biaya panen, biaya pasca panen serta untuk kebutuhan hidup lainnya. Hutang juga menjadi mekanisme bertahan hidup di kalangan petani kopi rakyat. Dalam kehidupan sosial petani kopi rakyat, modal sosial masih bekerja. Hal ini terlihat dari kepercayaan, jaringan dan norma yang masih dijaga dalam keseharian petani kopi rakyat. Nilai kepercayaan bekerja sebagai salah satu nilai yang menjamin berlangsungnya mekanisme hutang piutang di antara mereka. Akhirnya, pilihan menjadi petani kopi bukan saja usaha untuk hidup semata namun sebagai bagian identitas yang menyejarah dalam kehidupan mereka. | en_US |