PENGEMBANGAN PRODUK ALAT BANTU JALAN (WALKER) DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ERGONOMI SESUAI ANTROPOMETRI MASYARAKAT INDONESIA
Abstract
Dalam menggunakan suatu produk kita akan selalu mencari yang lebih praktis
baik dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan, karena hal tadi akan sangat
meringankan beban kita dalam menggunakannya. Seiring dengan perkembangan
jaman suatu produk akan selalu mengalami inovasi sesuai dengan kebutuhan
penggunanya. Bagi manusia yang normal, siapapun orangnya, tentu telah siap
menerima keadaan baru dalam setiap proses hidupnya dan mencoba menyesuaikan
diri dengan kondisi lingkunganya. Gerakan untuk berjalan merupakan suatu fungsi
yang perlu untuk dibantu, khususnya bagi lansia karena mengalami kemunduran
fungsi (degradation of function) atau kondisi sakit, salah satunya adalah kemunduran
daya keseimbangan tubuh. Tidak jarang di antara mereka yang sulit berjalan, hal itu
disebabkan menurunnya kekuatan otot pada anggota gerak, misalnya, otot lengan,
otot tangan, otot tungkai, dan otot kaki. Apalagi bila kondisi itu disertai penyakit
degeneratif seperti osteoporosis, parkinson, pascastroke, nyeri lutut, dan patah tulang.
Alat bantu jalan pun menjadi salah satu solusi tepat. Salah satu Alat bantu jalan
adalah Walker. Walker adalah suatu alat bantu jalan yang sangat ringan, mudah
dipindahkan, setinggi pinggang, terbuat dari pipa logam, dan alat ini dilengkapi
dengan dua gagang yang berfungsi sebagai tempat yang digunakan penggunanya
untuk berpegangan serta di lengkapi dengan empat kaki yang kokoh sebagai
tumpuan.
Pengambilan data konsumen dilakukan dengan kuesioner dan diolah
menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD), maka didapatkan
ix
beberapa keinginan konsumen Berdasarkan keinginan konsumen tersebut
pengembangan dengan menciptakan beberapa konsep. Dari berbagai konsep yang
dikembangkan, kemudian dipilih sebuah konsep berdasarkan kriteria seperti bahan
material, kuat, nyaman dan tahan karat. Sedangkan kekuatan rangka dianalisa dengan
menggunakan bantuan software CATIA V5R14 yaitu untuk mengetahui tegangan
yang terjadi pada rangka saat walker dioperasikan. Untuk mengetahui tingkat resiko
cedera, antropometri masyarakat Indonesia digunakan dengan metode RULA (Rapid
Upper Limb Assesment) pada software CATIA V5R14 dan proses terakhir adalah
proses manufaktur dengan membendakan walker tersebut.
Pengolahan data yang dilakukan menghasilkan 13 atribut keinginan konsumen
dan menciptakan tiga konsep walker yang nantinya akan dipilih salah satu. Melalui
data House of Quality ( HoQ ) dihasilkan tinggi walker maksimal adalah 760 mm,
berat walker adalah 4,3 kg, panjang walker adalah 300 mm dan diameter walker
adalah 25 mm, 22 mm,dan 19 mm dengan beban maksimal pada 35 N. Terlihat
bahwa tegangan terbesar yang terjadi masih berada di bawah tegangan ijin dari bahan
itu sendiri. Tegangan equivalent (tegangan Von-Mises) yang terjadi tidak boleh
melebihi dari 1,583333e+007 N/m2 sedangkan Tegangan yang terjadi pada rangka
sebesar 1,77e+005 N/m2 terletak pada bagian kaki walker sedangkan tegangan
minimum yang bekerja pada rangka yaitu 6,98e-009 N/m2 terletak pada bagian
rangka. Nilai tingkat resiko cedera yang didapatkan adalah 3, dimana menunjukkan
sikap tubuh tersebut diterima (acceptable) dan penyelidikan lebih jauh dibutuhkan
dan mungkin saja perubahan diperlukan.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]