ANALISIS KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA HASIL PROSES BUBUT PADA BAJA ST 42 AKIBAT VARIASI DEBIT CAIRAN PENDINGIN
Abstract
Proses pembubutan untuk produksi barang maka sangat penting hasil produksi
tersebut menghasilkan produk yang maksimal, produk tersebut harus benar-benar
presisi atau sesuai dengan ukuran yang dikehendaki dan kehalusan juga harus
maksimal dengan pekerjaan yang ekonomis.
Salah satu syarat yang mempengaruhi kekasaran permukaan benda kerja pada
proses pembubutan adalah variasi cairan pendingin.Menurut Nuret al. (2008) bahwa
cairan pendingin pada proses pemesinan sangat berpengaruh terhadap kekasaran
permukaan benda kerja sehingga dapat meningkatkan kualitas produk. Juga Rochim
(2007) menyatakan bahwa dalam beberapa kasus cairan juga dapat menurunkan gaya
potong dan memperhalus produk hasil pemesinan.
Permasalahan yang diteliti adalah sejauh mana pengaruh parameter potong
tersebut terhadap kekasaran pada benda kerja. Serta bagaimana setting parameterparameter
tersebut agar dihasilkan nilai kekasaran yang lebih rendah. Metode yang
dipakai untuk mencari pengaruh parameter potong terhadap kekasaran pada benda
kerja adalah analisis regresi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mencari
seberapa besar pengaruh parameter potong seperti debit cairan pendingin, putaran
spindel, dan kedalaman pemakanan yang dapat digunakan untuk mengestimasi
kekasaran pada benda kerja dan pengaruh paremeter potong baja ST 42 pada proses
bubut.
Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Pemesinan Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Malang Jalan Soekarno-Hatta nomor 09 Malang Jawa Timur pada
bulan April 2012. Penelitian ini adalah pengambilan data kekasaran pada benda kerja
viii
dari proses bubut. Penelitian disusun menurut percobaan dengan analisis regresi yaitu
27 kali percobaan.
Dari hasil penelitian parameter potong bubut terhadap kekasaran pada benda
kerja dapat diketahui nilai kekasaran paling rendah dan nilai log laju keausan paling
tinggi. Nilai kekasaran paling rendah terjadi pada parameter potong log debit cairan
pendingin (q) -2L/detik, log putaran spindel (n) 2,46 rpm, dan log kedalaman
pemakanan (a) -0,30 mm dengan nilai log kekasaran 0,47 μm. Nilai log nilai
kekasaran paling tinggi terjadi pada parameter potong log debit cairan pendingin (q)–
2,34 mm/putaran, log putaran spindel (n) 2,66 rpm, dan log kedalaman pemakanan
(a) 0,17 mm dengan nilai log laju keausan 0,97μm.
Dari persamaan regresi dapat diketahui parameter potong yang paling
berpengaruh. Parameter potong yang paling berpengaruh adalah debit cairan
pendingin, sedang parameter yang pengaruhnya paling kecil adalah kedalaman
pemakanan.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]