Show simple item record

dc.contributor.authorSITI AMANAH
dc.date.accessioned2014-07-10T07:51:50Z
dc.date.available2014-07-10T07:51:50Z
dc.date.issued2014-07-10
dc.identifier.nimNIM090910302084
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/58168
dc.description.abstractPenelitian ini menggunakan kerangka logika non linear Modernity dan paradigma intepretive dalam membangun kerangka teori. Modernitas membentuk Risk Society Ulrich Beck digunakan dalam membangun setting Risk Culture dari Scott Lash dan secara berkelanjutan berkaitan dengan Cultural Trauma Jeffrey C. Alexander dan Piort Stompka. Hal ini menjadi penting ketika Konsepsi Risk Society yang berujung pada pembacaan tatanan masyarakat dengan logic struktural dan manegerial, menjadi terbatas pada pembacaan tentang kemunculan Subjek, disisi lain Subjek yang menjadi penelitian ini adalah mereka yang terbentuk secara traumatik dan kondisi traumatis yang dihidupinya menjadi bagian dari budaya. Permasalahannya kemudian atas dasar apakah dan akan kemanakah kerangka berfikir dari yang sosial dan Subjek traumatisnya, kerangka ini yang oleh peneliti konsepsikan sebagai Reflektivitas keseharian Subjek traumatis dalam formasi Risk Culture. Peneliti memilih untuk hidup bersama dengan salah satu Subjek dalam jangka waktu 2,5 bulan, dari keterlibatan langsung pada Subjek traumatik dan dalam formasi Risk Culture yang dihidupinya, kemudian disusun beberapa hasil penelitian sebagai berikut; Pertama, mengenai Sejarah Jember dalam formasi Risk Culture. Pada bagian ini dijelaskan sejarah panjang dalam formasi Risk Society dan secara spesifik menjelaskan desa sebagai basis keruangan Subjek serta Kondisi Sosiokultural. Pada bagian ini banyak menjelaskan sejarah kondisi Jember dengan basis pertanian khususnya perkebunan yang menyerap tenaga kerja sekaligus kontribusinya atas arus migrasi. Eksploitasi yang terjadi secara terus menerus berpotensi membentuk ancaman-ancaman traumatis dalam kehidupan manusia. Kedua, Memory Akan Bencana sebagai Determinasi Traumatis. Dibagian ini dijelaskan mengenai kejadian banjir bandang di Panti dan upaya penyelamatan korban. Kondisi ini kemudian menjadi awal dari banyaknya kekacauan atas kehancuran struktur sosial kemasyarakatan. Dalam kondisi terdiamnya Subjek mengingat kembali hal-hal yang dimiliki dalam kehidupan masa lalunya sekaligus merasakan sakitnya atas kehilangan harta bendanya. Kondisi tersebut menciptakan sensitivitas-sensitivitas di posko pengungsiaan ketika terjadi ketidakmerataan dalam distribusi kesejahteraan. Kekacauan dan sensitivitas di posko pengungsian selalu direfleksikan pada sebuah pengharapan atas kehidupan yang lebih baik. Dari kondisi ini menjadi alasan pihak-pihak yang memiliki otoritas atas korban dalam membangunkan rumah relokasi kurang lebih 8 bulan sebagai upaya menata kembali kehidupan korban. Ketiga, kembalinya yang traumatis dalam reflektivitas Subjek. Refleksi pengalaman traumatisnya menjadi yang dipelajari dan dimiliki dalam kehidupan “Baru”nya. Serangkaian pengalaman traumatis yang dipelajari membangun preferensi rasio yang kuat dalam alam sadarnya. Dalam kehidupan “Baru”nya Subjek merefleksikan hal-hal yang pernah hadir dalam dirinya. Hal ini terjadi karena keterbatasan yang ada di rumah relokasi. Keterbatasan kemudian menjadi batasan antara masa lalunya dengan kehidupan “Baru”nya sehingga membentuk trauma yang dihidupi semakin bermunculan. Keempat, menghidupi yang traumatis: keseharian Subjek dalam formasi Risk Culture. Subbab ini menjelaskan medan pertarungan antara ketidakmampuan Subjek dengan kenyataan yang dihadapi. Ketidakmampuan Subjek pada situasi tidak kondusif dan menjadi penanda yang menyerupai pengalaman banjir bandang, khususnya pada musim penghujan menyebabkan memori traumatisnya bermunculan. Subjek menginsepsi trauma yang dimilikinya dengan bentuk-bentuk ketakutannya terhadap hujan yang deras, angin yang kencang, petir, gemuruh air sungai dan juga pemadaman dimalam hari. Ketakutan ini kemudian banyak diipertukarkan dalam interaksi sosial Subjek, secara sadar maupun tidak sadar kondisi inilah yang membentuk preferensi rasio Subjek lain.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries090910302084;
dc.subjectSubjek Traumatis, Risk Cultureen_US
dc.titleReflektivitas Keseharian Subjek Traumatis dalam Formasi Risk Culture di Perumahan Kantong, Panti, Jemberen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record