Pemanfaatan Cendawan Beauveria Bassiana sebagai Pengendali Hama Cabai Thrips Parvispinus dalam Upaya Mengurangi Penggunaan Insektisida Sintesis
Abstract
Hama Thrips parvipinus merupakan salah satu hama penting pada tanaman cabai. Hama T. parvipinus menyerang daun, bunga dan buah cabai, kehilangan hasil akibat hama dapat mencapai 30-50 persen dari total produksi. Pengendalian yang dilakukan saat ini masih mengendalikan insektisida sintetik. Penggunaan insektisida sintetik mempunyai dampak negates seperti hama menjadi resisten, resurjensi hama, timbulnya hama sekunder, residu insektisida. Dampak negatif yang sering terjadi akibat penggunaan insektisida sintetik pada tanaman cabai ialah resistensi hama. Oleh karena itu perlu adanya alternative pengendalian yang lain.Salah satunya menggunakan cendawan B. bassiana.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik pembiakan missal cendawan entomopatogen B. bassiana yang murah dan dapat diadopsi oleh pusat pembiakanagens hayati (PPAH dan kelompok tani, untuk mengetahui daya simpan spora yang dihasilkan dari berbagai sumber inokulum dan tempat penyimnpanan, dan uji lapang untuk mengetahui efektivitas pengendalian dengan menggunakan dua formulasi cendawan B.Bassiana.
Empat inokulum yaitu PDA (Potatoe Dektrose Agar), SDA (Sabbouroud Dektose Agar), Outmet + agar batang + yeast) digunakan untuk pembiakan missal. Pembuatan media PDA dan SDA adalah ditambah air kemudian dipanaskan dibuat agar miring. Untuk pembuatan media dari outmeal + agar miring adalah sebagi berikut 20 gram outmeal dalam 1 liter aquadws dipanaskan sampai mendidih ditunggu sampai 10 menit. Setelah dingin disaring dengan kain saring halus. Hasil saringan ditambah dengan agar batang, selanjutnya dipanaskan lagi sampai agar batang meleleh. Setelah agak dingin atau pada suku sekitar 600C
Media dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk dibuat media agar miring. Untuk perlakuan keempat sama dengan outmeal + agar batang hanya ditambah 2 gram yeast, selanjutnya dinokulasi dengan spora B. bassiana. Sediaan isolate tersebut kemudian dipelihara sampai miselia jamur menutupi permukaan agar, selanjutnya siap digunakan sebagai sumber inokulum. Tahapan pembiakan selanjutnya yaitu inokulum isolate ditumbuhkan pada media padat berupa jagung dalam tabung kultur. Sopra dalam media jagung dalam tabung reaksi selanjutnya dibiakkan pada jaguing pecah dalam plastic popypropilen. Media diinkubasikan selama 10 hari dan selanjutnya plastic dibuka dikeringanginkan selama 7 hari. Spora diajak dengan ayakan dua sisi tertutup. Berat spora yang dihasilkan pada masing-masing sumber inokulum ditimbang untuk menetukan sumber inokulum terbaik. Bubuk spora kering yang dihasilkan dari berbagai sumber inokulum disimpan dalam suhu ruangan, refrigerator dan freezer selama 30,45, 60, 75, 90, dan 105 hari. Dari masing lama penyimpanan diuji vabilitas sporanya.
Collections
- LRR-Hibah Bersaing [348]