PENGARUH REHEATER TERHADAP KADAR POLUTAN KARBON MONOKSIDA (CO) DAN HIDROKARBON (HC) PADA PEMBAKARAN AMPAS TEBU DAN BATU BARA
Abstract
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll.
Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan maupun di luar ruangan yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit.
Dengan adanya hal tersebut perlu diikuti dengan upaya untuk melestarikan lingkungan hidup, karena gas buang dari hasil proses pembakaran sangat nyata pengaruhnya terhadap pencemaran udara dan lingkungan. salah satu hal dalam pengurangan kadar polutan di udara yang dapat dilakukan adalah dengan memanaskan kembali gas buang hasil pembakaran tersebut.
Reheater gas buang adalah upaya untuk memanaskan kembali gas buang dari pembakaran. dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah rancang bangun dari ruang pembakaran dan cerobong gas buang dengan elemen pemanas yang berfungsi sebagai reheater gas buang dari pembakaran tersebut, Bahan bakar yang digunakan adalah ampas tebu dan batu bara, dengan beberapa perlakuan yaitu perlakuan kadar air yang berbeda pada ampas tebu yaitu 10%, 25%, 50% dan elemen pemanas yang
ix
divariasikan menurut temperatur yaitu 500ºC, 550°C, 600°C. Dengan adanya perlakuan kadar air pada bahan bakar ampas tebu dan variasi temperatur pada elemen pemanas akan didapatkan nilai kadar CO dan HC yang berbeda dari masing – masing perlakuan dan variasi temperatur, kemudian diambil kadar polutan terkecil dari pembakaran ampas tebu yang telah dibedakan menurut kadar airnya, untuk dilakukan pembakaran campuran dari bahan bakar ampas tebu dan batu bara dengan komposisi yang telah ditentukan yaitu 25% batu bara dan 75% ampas tebu, 50% batu bara dan 50% ampas tebu, dan 75% batu bara dan 25% ampas tebu. Dengan adanya reheater diharapkan kadar gas polutan hasil pembakaran batu bara dan ampas tebu dapat direduksi dan diketahui komposisi yang tepat untuk pada pembakaran campuran bahan bakar ampas tebu dan batu bara.
Penelitian tentang Pengaruh Reheater Terhadap Kadar Polutan Karbon Monoksida (CO) dan Hidrokarbon (HC) Pada Pembakaran Ampas Tebu dan Batu Bara. dilakukan di laboratorium konversi Energi jurusan teknik Mesin Universitas Jember, yang akan dilaksanakan pada tanggal 15 agustus – 15 oktober 2012.
Dari penelitian yang telah dilakukan dibutktikan bahwa kenaikan suhu berpengaruh pada gas buang hasil pembakaran ampas tebu dan batu bara, reduksi kadar polutan CO dan HC tertinggi terdapat pada pembakaran dengan reheater pada temperatur 550ºC dan kadar air pada ampas tebu yang terbaik untuk pengurangan kadar polutan terdapat pada pembakaran ampas tebu dengan kadar air 10% pada temperatur reheater 550°C. Komposisi pencampuran bahan bakar yang paling baik terdapat pada 25% batu bara dan ampas tebu pada pembakaran menggunakan reheater dengan temperatur 550ºC.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]