Show simple item record

dc.contributor.authorRangga Diputra
dc.date.accessioned2014-05-07T00:53:16Z
dc.date.available2014-05-07T00:53:16Z
dc.date.issued2014-05-07
dc.identifier.nimNIM101610101022
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/57452
dc.description.abstractPerimenopause adalah masa transisi dari siklus ovulasi normal menuju menopause. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan kadar hormon reproduksi, salah satunya hormon estrogen. Hormon estrogen memegang peran penting meningkatkan aktivitas osteogenesis. Penurunan hormon estrogen berpengaruh pada aktivitas osteoblast dan osteoklas dalam proses resorpsi tulang. Resorpsi tulang pada kedokteran gigi dapat menyebabkan prosedur klinis menjadi lebih sulit seperti pada perawatan prostetik dan gigi restoratif. Hal ini dikarenakan terdapat perubahan tulang rahang dan tulang alveolar serta perubahan jaringan periodontal. Pada resorpsi tulang, osteoklas berperan mensekresi protease yang dapat melarutkan kolagen diantara matriks organik dan mineral tulang yang bebas. Kolagen tipe I merupakan protein terbanyak yang membentuk 90-95 persen materi organik tulang. Serat kolagen tipe I diikat oleh ikatan piridinium yang terdiri dari piridinolin dan deoksipiridinolin yang juga ikut terdegradasi bila terjadi resorpsi. Piridinolin adalah ikatan yang berkontribusi dalam menstabilkan dan memperkuat keseluruhan struktur jaringan kolagen seperti tulang dan kartilago. Letak piridinolin sebagian besar terdapat pada tulang dan kartilago, sehingga piridinolin dapat digunakan sebagai salah satu penanda metabolisme tulang dan memprediksi perubahan kepadatan mineral tulang. Ikatan piridinolin dapat ditemukan pada cairan biologis seperti saliva dan gingival crevicular fluid (GCF). Peneliti bermaksud untuk mengkaji kadar piridinolin pada saliva wanita usia perimenopause dengan wanita usia produktif serta hubungan usia dengan kadar piridinolin pada saliva. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik. Subjek penelitian yang dipilih adalah wanita usia perimenopause (40-55 tahun) dan usia produktif (30-35 tahun). Sebelum mengumpulkan saliva, subjek diperiksa kesehatan rongga mulut, untuk menentukan kriteria subjek penelitian. Saliva disimpan ke dalam deep frezeer -30 C sampai akan dilakukan pengukuran kadar piridinolin. Pengukuran kadar piridinolin menggunakan Liquid Chromatography-tendem Mass Spectrometry (LC MS/MS). Hasil penelitian didapatkan kadar piridinolin tertinggi terdapat pada subjek penelitian dengan usia perimenopause dengan rata-rata sebesar 56,70 ppm. Perbedaan telihat bila dibandingkan dengan subjek penelitian dengan usia produktif yaitu dengan rata rata sebesar 54,37 ppm. Hasil uji Independent T-test didapatkan nilai signifikansi 0,931 (p>0,05) atau terdapat perbedaaan yang tidak signifikan pada setiap kelompok. Hasil uji korelasi menggunakan pearson correlation menunjukkan nilai signifikansi sebesar r= 0,120 atau tidak ada korelasi yang signifikan antara umur dengan kadar piridinolin. Hal ini dimungkinkan karena kurang terkontrolnya umur, aktivitas fisik, diet dan tidak adanya pemeriksaan folicle stimulate hormon (FSH). Kesimpulan yang didapatkan yaitu terdapat perbedaaan yang tidak signifikan pada kadar piridinoin saliva wanita usia perimenopause dengan usia produktif dan tidak ada korelasi antara umur dengan kadar piridinolin.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries101610101022;
dc.subjectKadar Piridinolin pada Saliva Wanita Usia Perimenopauseen_US
dc.titleKADAR PIRIDINOLIN PADA SALIVA WANITA USIA PERIMENOPAUSEen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record