PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) DALAM PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MEUBEL UD. BAROKAH JEMBER
Abstract
Perencanaan dan pengendalian dilakukan sedemikian rupa agar dapat melayani kebutuhan bahan baku dengan tepat dan dengan biaya yang rendah. Inti rumusan masalah pada perusahaan ini dapat dinyatakan : (1) Bagaimana merencanakan persediaan bahan b aku pada UD Barokah, Jember dengan keempat sistim MRP ? dan (2) Pendekatan sistim MRP apa yang paling efisien untuk pengelolaan bahan baku pada UD Barokah, Jember ? Secara umum, hasil analisis memperlihatkan bahwa : (1) aplikasi MRP dengan metode Lot for Lot menimbulkan biaya pengelolaan persediaan sebesar Rp 21.675.000,00; (2) biaya pengeloaan persediaan dengan metode EOQ sebesar = Rp 39.522.500,00; (3) biaya pengeloaan persediaan dengan metode PPB sebesar = Rp 28.553.500,00; dan (4) biaya pengeloaan persediaan dengan metode Wagner-Within sebesar = Rp 29.608.000,00. Berdasar perbandingan total biaya keempat metode penyusunan peta MRP, terbukti bahwa metode lot for lot merupakan metode pengelolaan persediaan yang paling menguntungkan bagi UD Barokah, Jember. Dengan metode LFL, memang akan dilakukan pemesanan dengan frekuensi yang lebih banyak dibanding ketiga metode lainnya, namun di satu sisi, tidak timbul biaya simpan karena tidak terjadi penumpukan bahan baku di gudang. Pola LFL ini memang sesuai untuk produksi yang bersifat “make to order” dan buruh yang terbatas, artinya produksi hanya dilakukan jika ada pesanan, sehingga tidak bersifat konstan dan kontinyu. Biaya untuk upah lembur buruh yang terbatas, menyebabkan pemampatan siklus produksi tidak mungkin dilakukan melalui kerja lembur buruh. Metode EOQ, tidak sesuai diaplikasi karena prinsip “pemesanan optimal melalui EOQ akan menimbulkan total biaya pengelolaan persediaan secara berkesinambungan juga optimal”, menjadi tidak berlaku. Metode PPB dengan menggunakan EPP (ratio antara biaya pesan terhadap biaya simpan) sebagai jumlah pesanan minimum setiap kali membutuhkan bahan baku, menyebabkan pola pemesanan dengan jumlah yang tetap pada setiap kali pesan. Metode Wagner-Within juga tidak sesuai untuk diaplikasi perusahaan mengingat jumlah unit yang dipesan menjadi konstan pada setiap kali pesan, sehingga menimbulkan biaya simpan yang tinggi.