TINDAK TUTUR PERMINTAAN DAN PENOLAKAN PADA MASYARAKAT MADURA DI KABUPATEN LUMAJANG
Abstract
Dalam menyampaikan tuturan permintaan dan penolakan, masyarakat Madura cenderung menggunakan tindak tutur langsung. Namun, penyampaian tuturan permintaan secara langsung antara suami-istri yang berusia tua dan suami-istri yang usianya muda memiliki perbedaan yang terletak pada struktur kalimat dan kata sapaan. Suami-istri yang berusia tua lebih cenderung menggunakan kalimat dengan struktur sederhana (pendek) yang memiliki tingkat kesantunan yang rendah. Kata sapaan yang digunakan mengacu pada pronomina nama diri dan nama sejjhuluk. Suami-istri yang usianya muda memiliki kecenderungan menggunakan kalimat yang berstruktur lebih panjang, seperti urutan tutur deklaratif-imperatif. Kata sapaan yang digunakan mengacu pada sapaan kekerabatan seperti: sapaan Lè’, Ca’, Mas, dan De’. Penyampaian tuturan penolakan juga direalisaikan secara langsung, suami-istri yang berusia tua cenderung menggunakan penanda negatif enjâ’ „tidak‟ yang diikuti kalimat minor. Suami-istri yang usianya muda lebih cenderung menggunakan penanda negatif enjâ’ „tidak‟ yang diikuti kalimat mayor.
Perilaku bahasa orang tua terhadap anak kandungnya juga memiliki perbedaan. Perbedaan tampak pada kata sapaan yang digunakan. Kata sapaan yang ditujukan terhadap anak yang lebih tua (sudah berkeluarga) menggunakan sapaan kekerabatan, yaitu Cong sehingga memiliki kadar kesantunan yang lebih tinggi, sedangkan kata sapaan yang ditujukan kepada anak yang usianya lebih muda memilih bentuk pronomina nama diri yaitu Asan dan Fais. Perilaku bahasa orang tua terhadap anak menantunya cenderung menggunakan kata sapaan kekerabatan yaitu Ni’ yang terkesan santun daripada kata sapaan yang mengacu pada pronomina nama diri.