dc.description.abstract | Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, pelestarian kearifan lokal
masyarakat dilakukan dengan cara melakukan dokumentasi awig-awig Desa
Pakraman Tenganan Pegringsingan serta melalui proses sosialisasi yang berlangsung
di lingkungan keluarga, di lingkungan masyarakat, serta melalui kegiatan pendidikan
metruna nyoman. Kedua, sampai saat ini masyarakat masih mengupayakan untuk
mendokumentasikan awig-awig yang belum tertulis, mensistematiskan susunan awigawig,
serta menyempurnakan terjemahan awig-awig ke dalam Bahasa Indonesia.
Terkait dengan hal ini, masyarakat setempat telah memiliki rencana kerjasama
dengan salah satu Perguruan Tinggi di Bali, namun rencana tersebut masih belum
bisa terlaksana. Ketiga, Pelestarian kearifan lokal berupa awig-awig yang mengatur
pengelolaan lingkungan hutan dilatarbelakangi karena masyarakat Desa Pakraman
Tenganan Pegringsingan merasa benar-benar membutuhkan adanya awig-awig
tersebut dalam kehidupan masyarakat. Kearifan lokal tersebut telah menjadi habitus
yang terdapat pada masyarakat setempat, yang digunakan untuk mengelola hutan di
kawasan Desa Pakraman Tenganan Pegringsingan. Kelangsungan habitus tersebut
dalam kehidupan masyarakat setempat berhubungan secara dialektis dengan
lingkungan (field), di mana dalam hal ini lingkungan (field) telah terbentuk dengan
baik untuk menjaga agar kearifan lokal tersebut tetap eksis. | en_US |