UJI ANTIFERTILITAS EKSTRAK METANOL, FRAKSI N-HEKSANA DAN FRAKSI METANOL BIJI SAGA (Abrus precatorius Linn.) TERHADAP SPERMATOGENESIS TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifertilitas tertinggi
diantara ekstrak metanol, fraksi n-heksana dan fraksi metanol biji saga terhadap
proses spermatogenesis tikus (Rattus novergicus) jantan. Jenis penelitian ini adalah
experimental laboratories. Sampel yang digunakan adalah tikus putih jantan galur
Wistar. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling kemudian
dibagi menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok tersebut dipejani Na-
CMC 1% (P0), ekstrak metanol (P1), fraksi n-heksana (P2) dan fraksi metanol (P3)
biji saga dosis 75 mg/kgBB selama 20 hari. Variabel yang diamati adalah proses
spermatogenesis melalui penghitungan skor spermatogenesis berdasarkan kriteria
Johnse-like score.
Dari hasil penelitian ini didapatkan rata-rata skor spermatogenesis kelompok
P0 8,88±0,12, kelompok P1 6,20±0,17, kelompok P2 6,70±0,18, dan kelompok P3
5,85±0,19. Rata-rata skor spermatogenesis terendah dihasilkan oleh kelompok fraksi
metanol (P3) dengan rata-rata skor 5,85 yang berarti hanya terdapat sedikit spermatid
dan tidak terdapat sel spermatozoa pada tubulus seminiferus.
Skor spermatogenesis terendah pada fraksi metanol dikarenakan kandungan
senyawa abrin yang lebih tinggi dibandingkan pada ekstrak metanol dan fraksi nheksana.
Senyawa abrin merupakan suatu fitotoksin yang terdiri dari dua rantai
polipeptida, yaitu rantai A dan rantai B. Rantai A merupakan enzim yang mampu
bereaksi dengan sub unit besar ribosom sehingga menyebabkan ribosom hilang
sedangkan rantai B mengikat aminoasil-ARNt dan mereduksi GTP-ase yang sangat
diperlukan pada sintesis protein pada tahap pemanjangan (elongasi). Jika sintesis
protein terganggu pada sel-sel spermatogenik, maka akan terjadi penghambatan
pembelahan sel-sel tersebut yang mengakibatkan produksi sel spermatozoa juga
menurun sehingga sel spermatozoa tidak bisa membuahi sel telur betina (infertil) dan
tidak dapat menghasilkan sel anakan.
Hasil analisis data menggunakan Kruskal-Wallis dengan taraf kepercayaan
95% (p<0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan siginifikan antar perlakuan
(p=0,00). Analisis data dengan uji Mann Whitney (p<0,05) diperoleh hasil bahwa
terdapat perbedaan signifikan antara P0 dengan P1, P2, P3 (p=0,000) serta antara P1
dengan P2 (p=0,042) serta P2 dengan P3 (p=0,001).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah fraksi metanol biji saga dosis
75mg/kgBB memiliki aktvitas antifertilitas tertinggi dibandingkan ekstrak metanol
dan fraksi n-heksana biji saga pada proses spermatogenesis tikus jantan galur Wistar
dengan rata-rata skor spermatogenesis 5,85±0,18.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]