MUNDURNYA NAOTO KAN SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG
Abstract
Jepang terkenal dengan politiknya yang menarik. Rata-rata Perdana Menteri
Jepang tidak dapat mempertahankan jabatanya dalam jangka waktu yang lama.
Dalam lima tahun terakhir ini Jepang telah berganti lima Perdana Menteri. Shinto
Abe menjabat dari tahun 2006 sampai tahun 2007, Yasuo Fukada tahun 2007 sampai
tahun 2008, Taro Aso dari tahun 2008 sampai tahun 2009, Yukio Hatoyama tahun
2009 sampai tahun 2010. Dan Naoto kan tahun 2010 sampai tahun 2011.
Naoto Kan diangkat sebagai Perdana Menteri untuk mengantikan Yukio
Hatoyama. Naoto Kan dinilai memiliki kemampuan yang baik dalam memimpin
Jepang. Pada awal pemerintahanya Naoto Kan membuat kebijakan-kebijakan yang
didukung rakyat. Dukungan rakyat terhadap kinerjanya semakin melemah ketika
Jepang dilanda gempa dan tsunami hingga akhirnya Naoto Kan memutuskan mundur
dari jabatanya sebagai perdana menteri Jepang.
Penelitian dilaksanakan dengan mengumpulkan data yang berasal dari sumber
pustaka seperti buku, skripsi, situs internet, surat kabar yang memiliki keterkaitan
dengan penelitian mengenai faktor-faktor yang menyebabkan Naoto Kan mundur
sebagai Perdana Menteri Jepang.
Selain dengan pengumpulan data, penulis juga menggunakan metode analisis
data. Metode analisa yang digunakan adalah analisa deduktif dimana metode analisa
ini mengungkapkan fakta secara umum untuk memperoleh generalisasi yang sifatnya
khusus. Dalam analisa data ini penulis juga menggunakan pendekatan kualitatif .
Hasil dari penelitian ini ada dua faktor yang mendorong Naoto Kan mundur
dari kursi Perdana Menteri. Pertama karena budaya politik Jepang yang
mempengaruhi pribadi rakyat Jepang termasuk Naoto Kan. Orang Jepang dalam
kehidupanya senantiasa menjunjung tinggi semangat bushido. Semangat bushido
menanamkan rasa malu dan sifat tanggung jawab yang tinggi dalam jiwa masyarakat
Jepang. Hal ini yang menyebabkan orang Jepang sangat sensitif terhadap tekanan.
Faktor kedua karena adanya krisis legitimasi yang disebabkan oleh beberapa
hal seperti, pertama Prinsip kewenangan beralih pada prinsip kewenangan yang lain,
hal ini terlihat dari peristiwa kalahnya Democrat Party of Japan