dc.description.abstract | BGA (Buton Granular Asphalt) adalah aspal buton jenis berbutir yang dapat
digunakan sebagai additive dalam campuran aspal atau sebagai bahan substitusi aspal
minyak. Pemakaian aspal buton jenis ini dapat dipergunakan dalam campuran panas,
campuran hangat dan campuran dingin. Asbuton dapat dimanfaatkan sebagai bahan
jalan karena disamping mengandung bitumen, mineralnya pun cukup tinggi. Tahun
2009 diprogramkan penggunaan Asbuton untuk pembangunan dan pemeliharaan
Jalan Nasional (Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2009). Adapun
lokasi jalan tersebut tersebar di 30 Provinsi mulai dari Nangroe Aceh Darussalam
hingga Provinsi Papua Barat. Panjang jalan yang diprogramkan mencapai 567,57 km
dengan perkiraan pemakaian Asbuton sebesar 32.171,39 Ton (Dedi, 2010).
Dengan adanya pembahasan tersebut perlu dilakukan penelitian untuk
mengoptimalkan penggunaan BGA secara tepat, guna mengurangi konsumsi terhadap
produk aspal minyak. Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan penelitian
pendahuluan, namun berbeda dengan penelitian-penelitian lain yang menggunakan
BGA, dalam penelitian pendahuluan ini penggunaan BGA akan digunakan penuh
untuk menggantikan kebutuhan aspal pada campuran perkerasan jalan. Hasil yang di
peroleh dalam uji pendahuluan ini masih kurang optimal, karena ada salah satu
parameter dalam karakteristik Marshall yang dinilai lemah. Hasil pengujian memiliki
masalah utama pada kelelehan yang terlalu kecil, sehingga membuat campuran
menjadi sangat kaku.
Dari pembahasan tersebut perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
menghasilkan karakteristik campuran yang lebih baik. BGA yang akan digunakan
ix
dalam penelitian adalah BGA tipe 15/20. Penelitian menggunakan proporsi campuran
AC–WC 48,22% (agregat kasar), 12,21% (Agregat Halus), 3,25% (Filler), 36,32%
(BGA). Proporsi tersebut akan ditambahkan aspal pen 60/70 dengan berbagai variasi
penambahan yang digunakan, yaitu 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 75, dan 7,5%.
Hasil analisa yang diperoleh, penambahan aspal pen 60/70 memiliki pengaruh
yang sangat kuat terhadap karakteristik Marshall, serta memenuhi spesifikasi yang
disyaratkan, kecuali parameter VIM dan flow. Nilai flow maksimum sebesar 2,1 mm
tercapai pada variasi penambahan kadar aspal 7,5%. Kecenderungan yang
diperlihatkan adalah bahwa nilai flow naik sesuai dengan penambahan kadar aspal,
tetapi tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Nilai VIM yang telah masuk
spesifikasi hanya terpenuhi pada penambahan kadar aspal 5% yaitu sebesar 3,604%.
Adapun kecenderungan yang diperlihatkan adalah nilai VIM semakin menurun
dengan bertambahnya kadar aspal.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka dapat
disarankan untuk tindak lanjut penelitian ini yaitu mencari proporsi dengan
menggunakan agregat baru sehingga dapat dihasilkan pengujian yang dapat
memperbaiki nilai flow dan VIM. | en_US |