BANJIR BANDANG DI SITUBONDO TAHUN 2008
Abstract
Banjir pada umumnya terkait dengan luapan air sungai ke lingkungan
sekitarnya karena curah hujan yang tinggi. Penebangan pohon secara liar dan tidak
terkendali ikut menyebabkan banjir. Banjir menjadi bencana ketika berdampak pada
manusia dan kepentingannya. Faktor penyebab banjir bandang Situbondo tahun 2008
tidak dapat dipisahkan dari kondisi lingkungan dan perubahannya. Secara topografis
kawasan Situbondo berada di ketinggian 0 – 50 m dpl, di bawah ketinggian
Bendungan Sungai Sampean Baru (Bondowoso) yang di atas 100 m dpl dan
ketinggian wilayah Bondowoso yang rata-rata di atas 800 m dpl. Topografi yang
demikian membuat Situbondo sangat rentan terhadap resiko banjir kiriman dari
wilayah hulunya. Perubahan ini terkait dengan penebangan liar dan konversi hutan
untuk kepentingan lain baik pemukiman maupun lahan pertanian.
Banjir bandang Kabupaten Situbondo menimbulkan dampak di berbagai
kehidupan masyarakat di Situbondo. Banjir menyebabkan dampak ekonomi dan
dampak sosial. Besarnya dampak yang ditimbulkan mendorong pemerintah dan
masyarakat Situbondo maupun dari luar Kabupaten Situbondo, memberikan respons
atas bencana yang diderita para korban bencana. Respons pemerintah dalam
menangani bencana tampak baik pada saat tanggap darurat maupun pasca bencana.
Selain pemerintah, berbagai elemen masyarakat juga berperan aktif dalam merespons
bencana banjir.
Peristiwa banjir menarik para dermawan atau donatur untuk membantu para
korban banjir. Para donatur ini berasal dari berbagai kalangan, misalnya dari kalangan
perusahaan, instansi pendidikan, kelompok religius, dan kalangan individu. Para
donatur tersebut menyumbang keperluan kebutuhan sehari-hari, misalnya sembako,
perlengkapan mandi, perlengkapan dapur dan perlengkapan sekolah.