dc.description.abstract | Penyakit layu Fusarium pada pisang yang disebabkan oleh jamur
Fusarium oxysporum F.sp Cubense merupakan Penyakit penting dan sangat
merugikan. Upaya pengendalian dengan kultur tehnis seperti rotasi tanam dan
secara kimiawi masih kurang efektif. Hal ini dikarenakan patogen memiliki
kemampuan untuk bertahan dalam tanah (soil borne) dalam bentuk Klamidospora
dan memiliki kisaran inang yang luas .Oleh karena itu,, maka diperlukan upaya
pengendalian yang efektif dan ramatr lingkungan dengan memanfaatkan agens
pengendali hayati diantaranya adalatr bakteri Pseudomonas fluorescens dan
Bacilus subtilis.Penelitian bertujuan Untuk mengetahui keunggulan dari kombinasi
perlakuan bakteri antagonis P.fluorescens dan B.subtilis dibandingkan apabila
bakteri tersebut diaplikasikan secara tunggal dalam mengendalikan penyakit layu
fusarium pada pisang serta frekwensi aplikasi yang tepat, sehingga pemakaian
nya dapat efektif dan efisien. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu penelitian in vitro di laboratorium dan penelitian secara in vivo di rumah kaca. Percobaan di rumah
kaca menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL) Faktorial , dua faktor .
Faktor Pertama adalah macam bakteri antagonis ( A ) yang terdiri dari bakteri P
Fluorescens ( Al) , Bacillus subtilis ( A2),kombinasl P. Fluorescens dan B. subtilis
( A 3), Fungisida Dhitane M 45 ( A4) sehagai pembanding. Faktor Ke dua adalah
frekwensi aplikasi bakteri ( B ) yang terdiri dari 0 kali ( B 1 ), I kali ( B2), 2 kali (
B3), 3 kali ( 84 ), dan 4 kali ( B5). Kombinasi perlakuan di ulang sebanyak tiga
kali. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Bakteri antagonis P. Fluorescens dan
B. subtilis serta kombinasi dari kedua bakteri tersebut dapat menghambat
pertumbuhan koloni jamur patogen F. orysporum penyebab penyakit layu
fusarium pada pisang secara in vitro rata rata sebesar 70,2yo - 88.1 % Pada pengujian secara in vivo di rumah kaca Bakteri antagonis P.
fluorescens dan B" subtilis serta kombinasi dari kedua bakteri tersebut secara
nyata dapat menurunkan insiden penyakit. Namun hasil yang baik adalah aplikasi
dengan mengkombinasikan ke dua bakteri tersebut dengan frekwensi aplikasi 3- 4
kali. Pada kontrol insiden penyakit dapat mencapai 81.6 % sedangkan pada
perlakuan kombinasi bakteri insiden penyakit turun hingga 12.4 %. Penggunaan Dithane M 45 pada mulanya dapat menekan penyakit secara
nyata, namun Insiden penyakit meningkat setelah pengamatan 45 hari setelah
inokulasi. Di bandingkan dengan Dithane 45 , penggunaan Agens hayati jangka
panjang masih lebih baik dan menguntungkan. | en_US |