GAMBARAN STRUKTUR HISTOLOGI HEPAR MENCIT (Mus musculus L.) Strain Balb-C SETELAH PEMAPARAN NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 )
Abstract
RINGKASAN
Gambaran Struktur Histologi Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Strain Balb-C
Setelah Pemaparan Natrium Metabisulfit (Na
2
S
2
O
) ; Lia Risqi Arisandi,
081810401020; 2013; 29 halaman; Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Natrium metabisulfit (Na
2
S
2
O
5
5
) merupakan bahan tambahan yang sering
dipergunakan dalam pengolahan bahan pangan. Senyawa ini berfungsi sebagai
pengawet bahan pangan terutama bahan pangan yang dikeringkan dan sebagai
pemutih bahan pangan, karena dapat mencegah reaksi browning (pencoklatan) serta
dapat bekerja sebagai antioksidan. Di pasaran, natrium metabisulfit banyak digunakan
sebagai bahan pengawet nira yang merupakan bahan pembuat gula (Agustina, 2005).
Penggunaan bahan tambahan makanan secara berlebihan dan terus menerus dapat
berakibat buruk terhadap kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sulfit
dan derivatnya dapat menyebabkan kerusakan pada beberapa organ seperti hepar,
otak, paru-paru, limfa dan lambung pada tikus (Meng, 2003). Efek bahan pangan
yang mengandung natrium metabisulfit terhadap struktur hepar belum banyak
diketahui.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian natrium
metabisulfit (Na
2
S
2
O
5
) dan pengaruh dosis natrium metabisulfit (Na
) terhadap
kerusakan struktur histologi hepar berupa piknosis, nekrosis, dan sel bervakuola serta
2
kerusakan struktur radial hepar pada mencit (Mus musculus L.) strain Balb-C.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember mulai bulan Nopember
2012 sampai Maret 2013. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan yaitu kontrol dan 3 perlakuan natrium metabisulfit (0,21
mg/g bb, 0,42 mg/g bb, dan 0,63 mg/g bb) yang diberikan secara intraperitonial
selama 30 hari berturut-turut. Pada hari ke 31 dilakukan pembedahan, kemudian
S
2
O
5
organ hepar diambil dan dibuat preparat menggunakan metode parafin dan pewarnaan
Hematoxylin Eosin. Data hasil penelitian diuji menggunakan Anava (p<0,01).
Apabila hasil uji anava menunjukkan adanya perbedaan bermakna, maka dilanjutkan
dengan uji Duncan.
Dari hasil uji anava terhadap rerata jumlah hepatosit yang mengalami
vakuolisasi, piknosis, dan nekrosis baik pada daerah vena sentralis maupun
periportal diperoleh nilai p = 0,00 dengan p < α (0,01). Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian Na
2
S
2
O
berpengaruh sangat nyata terhadap rerata jumlah hepatosit yang
mengalami vakuolisasi piknosis, dan nekrosis pada daerah vena sentralis maupun
5
periportal. Berdasarkan hasil uji Duncan untuk rerata jumlah hepatosit yang
mengalami vakuolisasi pada daerah vena sentralis, menunjukkan bahwa perlakuan
ketiga dosis Na
2
S
2
O
(0,21 mg/g bb, 042 mg/g bb, dan 0,63 mg/g bb) berbeda sangat
nyata dibandingkan dengan kontrol. Dosis yang berpengaruh tehadap kerusakan
5
hepatosit adalah pada dosis 0,21 mg/g bb. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
pemberian natrium metabisulfit (Na
2
S
2
O
) dapat menyebabkan kerusakan struktur
hepatosit berupa sel bervakuola, piknosis, dan nekrosis pada daerah vena sentralis dan
daerah periportal. Dengan pemberian dosis terendah yaitu 0,21 mg/g bb sudah dapat
menyebabkan kerusakan hepatosit dan dengan peningkatan pemberian dosis natrium
mentabisulfit terjadi peningkatan jumlah rerata kerusakan hepatosit berupa sel
bervakuola, piknosis, dan nekrosis pada daerah vena sentralis maupun per