Show simple item record

dc.contributor.authorNi Putu Meilisa Nitawati
dc.date.accessioned2013-12-05T07:35:43Z
dc.date.available2013-12-05T07:35:43Z
dc.date.issued2013-12-05
dc.identifier.nimNIM091610101027
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/5013
dc.description.abstractINGKASAN Respon Limfosit T Sitotoksik pada Gingivitis setelah Pemberian Kurkumin; Ni Putu Meilisa Nitawati, 091610101027; 2013; 71 halaman; Jurusan Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Gingivitis merupakan penyakit periodontal yang paling umum dijumpai di masyarakat. Penyebab utama gingivitis adalah bakteri plak subgingiva yang meliputi bakteri anaerob gram negatif seperti Porphyromonas gingivalis. Gingivitis atau peradangan pada gingiva melibatkan dua proses yaitu sintesis asam arakhidonat melalui jalur siklooksigenase dan lipoksigenase dan respon radang oleh sel-sel radang, salah satunya adalah limfosit T sitotoksik. Limfosit T sitotoksik merupakan subset dari limfosit T yang berfungsi menyerang dan membunuh mikroorganisme bahkan membunuh sel-sel tubuh yang mengandung antigen. Kurkumin memiliki efek antiinflamasi dan juga dapat menghambat produksi sitokin proinflamasi seperti IL-2 dan IL-12 yang sangat berpengaruh terhadap limfosit T sitotoksik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah dan respon limfosit T sitotoksik pada gingivitis setelah pemberian kurkumin. Penelitian eksperimental laboratoris ini menggunakan rancangan penelitian the post test only control group design. Enam belas ekor tikus dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol (K) yang tidak diberi kurkumin dan kelompok perlakuan (P) yang diberi kurkumin. Untuk mendapatkan kondisi gingivitis dilakukan penyuntikan bakteri P. gingivalis pada sulkus gingiva rahang atas kiri dengan konsentrasi 3x10 8 CFU sebanyak 0,02 ml selama 2 hari. Pengambilan jaringan dilakukan pada hari ke-3 dan ke-5 pasca pemberian kurkumin, selanjutnya dilakukan pemrosesan jaringan untuk mendapat gambaran histologis dan penghitungan jumlah limfosit T sitotoksik melalui metode imunoshistokimia. Dari hasil penelitian gambaran klinis pada tikus diatas didapatkan bahwa pada hari ke-1 terlihat warna kemerahan dan pembengkakan pada margin gingiva, hari ke- vii 2 terlihat gambaran kemerahan, pembengkakan dan sedikit bleeding pada kelompok kontrol, hari ke-3 terlihat gambaran klinis kemerahan yang telah menurun dibandingkan hari ke-2, hari ke-4 dan hari ke-5 tidak terlihat warna kemerahan maupun pembengkakan pada kelompok kontrol maupun perlakuanyang kemungkinan telah terjadi proses penyembuhan. Gambaran histologis menggunakan pewarnaan IHC menunjukkan tidak terdapat adanya limfosit T sitotoksik pada kelompok kontrol maupun perlakuan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: pemberian bakteri P. gingivalis yang kurang efektif, tidak adanya faktor lokal pada rongga mulut yang mendukung terjadinya gingivitis, faktor imunitas lokal rongga mulut, sel-sel inflamasi akut yang telah mampu mengatasi inflamasi misalnya makrofag dan PMN,efek antiinflamasi kurkumin dimana kurkumin menghambat ekspresi beberapa interleukin yang berpengaruh pada sel limfosit T sitotoksik, kesalahan pada prosedur pewarnaan imunohistokimia yaitu pembukaan reseptor pada permukaan sel limfosit T sitotoksik yang kurang maksimal antibodi yang digunakan untuk mendeteksi sel limfosit T sitotoksik. Pada pewarnaan HE ditemukan adanya gambaran limfosit yang diduga limfosit T memori dimana pada kelompok kontrol rata-rata jumlah limfosit lebih besar dibandingkan dengan kelompok perlakuan. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah dengan metode pewarnaan IHC menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan jumlah limfosit T sitotoksik pada gingivitis pada kelompok yang diberikan kurkumin dengan yang tidak diberikan kurkumin, sedangkan pada gambaran klinis ditemukan adanya kemerahan dan pembengkakan sampai hari ke-3 dimana gingiva pada kelompok kontrol lebih kemerahan dibandingkan kelompok perlakuan dan telah terjadi penyembuhan pada hari ke-4 sampai ke-5 pada kelompok kontrol maupun perlakuan, dan pada pewarnaan HE didapatkan adanya limfosit yang diduga limfosit T memory (CD45) dimana rata-rata pada kelompok kontrol lebih besar dibandingkan kelompok perlakuan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries091610101027;
dc.subjectLimfosit T Sitotoksiken_US
dc.titleRESPON LIMFOSIT T SITOTOKSIK PADA GINGIVITIS SETELAH PEMBERIAN KURKUMINen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record