dc.description.abstract | INGKASAN
Respon Limfosit T Sitotoksik pada Gingivitis setelah Pemberian Kurkumin; Ni
Putu Meilisa Nitawati, 091610101027; 2013; 71 halaman; Jurusan Pendidikan Dokter
Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Gingivitis merupakan penyakit periodontal yang paling umum dijumpai di
masyarakat. Penyebab utama gingivitis adalah bakteri plak subgingiva yang meliputi
bakteri anaerob gram negatif seperti Porphyromonas gingivalis. Gingivitis atau
peradangan pada gingiva melibatkan dua proses yaitu sintesis asam arakhidonat
melalui jalur siklooksigenase dan lipoksigenase dan respon radang oleh sel-sel
radang, salah satunya adalah limfosit T sitotoksik. Limfosit T sitotoksik merupakan
subset dari limfosit T yang berfungsi menyerang dan membunuh mikroorganisme
bahkan membunuh sel-sel tubuh yang mengandung antigen. Kurkumin memiliki efek
antiinflamasi dan juga dapat menghambat produksi sitokin proinflamasi seperti IL-2
dan IL-12 yang sangat berpengaruh terhadap limfosit T sitotoksik. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui jumlah dan respon limfosit T sitotoksik pada gingivitis setelah
pemberian kurkumin.
Penelitian eksperimental laboratoris ini menggunakan rancangan penelitian
the post test only control group design. Enam belas ekor tikus dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok kontrol (K) yang tidak diberi kurkumin dan kelompok
perlakuan (P) yang diberi kurkumin. Untuk mendapatkan kondisi gingivitis dilakukan
penyuntikan bakteri P. gingivalis pada sulkus gingiva rahang atas kiri dengan
konsentrasi 3x10
8
CFU sebanyak 0,02 ml selama 2 hari. Pengambilan jaringan
dilakukan pada hari ke-3 dan ke-5 pasca pemberian kurkumin, selanjutnya dilakukan
pemrosesan jaringan untuk mendapat gambaran histologis dan penghitungan jumlah
limfosit T sitotoksik melalui metode imunoshistokimia.
Dari hasil penelitian gambaran klinis pada tikus diatas didapatkan bahwa pada
hari ke-1 terlihat warna kemerahan dan pembengkakan pada margin gingiva, hari ke-
vii
2 terlihat gambaran kemerahan, pembengkakan dan sedikit bleeding pada kelompok
kontrol, hari ke-3 terlihat gambaran klinis kemerahan yang telah menurun
dibandingkan hari ke-2, hari ke-4 dan hari ke-5 tidak terlihat warna kemerahan
maupun pembengkakan pada kelompok kontrol maupun perlakuanyang kemungkinan
telah terjadi proses penyembuhan.
Gambaran histologis menggunakan pewarnaan IHC menunjukkan tidak
terdapat adanya limfosit T sitotoksik pada kelompok kontrol maupun perlakuan. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: pemberian bakteri P.
gingivalis yang kurang efektif, tidak adanya faktor lokal pada rongga mulut yang
mendukung terjadinya gingivitis, faktor imunitas lokal rongga mulut, sel-sel
inflamasi akut yang telah mampu mengatasi inflamasi misalnya makrofag dan
PMN,efek antiinflamasi kurkumin dimana kurkumin menghambat ekspresi beberapa
interleukin yang berpengaruh pada sel limfosit T sitotoksik, kesalahan pada prosedur
pewarnaan imunohistokimia yaitu pembukaan reseptor pada permukaan sel limfosit T
sitotoksik yang kurang maksimal antibodi yang digunakan untuk mendeteksi sel
limfosit T sitotoksik.
Pada pewarnaan HE ditemukan adanya gambaran limfosit yang diduga
limfosit T memori dimana pada kelompok kontrol rata-rata jumlah limfosit lebih
besar dibandingkan dengan kelompok perlakuan.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah dengan metode pewarnaan
IHC menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan jumlah limfosit T sitotoksik pada
gingivitis pada kelompok yang diberikan kurkumin dengan yang tidak diberikan
kurkumin, sedangkan pada gambaran klinis ditemukan adanya kemerahan dan
pembengkakan sampai hari ke-3 dimana gingiva pada kelompok kontrol lebih
kemerahan dibandingkan kelompok perlakuan dan telah terjadi penyembuhan pada
hari ke-4 sampai ke-5 pada kelompok kontrol maupun perlakuan, dan pada
pewarnaan HE didapatkan adanya limfosit yang diduga limfosit T memory (CD45)
dimana rata-rata pada kelompok kontrol lebih besar dibandingkan kelompok
perlakuan. | en_US |