POTENSI EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) TERHADAP KETEBALAN EPITEL GINGIVA PASCA PENCABUTAN GIGI TIKUS WISTAR
Abstract
RINGKASAN
Penelitian tentang potensi ekstrak daun Pandan Wangi (Pandanus amarylifollius
Roxb) terhadap ketebalan epitel gingiva pasca pencabutan gigi pada tikus
Wistar; Erma Yasinta, 091610101029, 2013; 61 halaman; Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember.
Tindakan pencabutan gigi menyebabkan perlukaan dan kerusakaan jaringan
pada jaringan sekitar gigi. Respon dasar kerusakan jaringan pada organ hidup adalah
dengan beregenerasi dan mengganti bagian yang hilang atau rusak. Banyak
ditemukan tanaman herbal di Indonesia, salah satunya daun Pandan Wangi yang
mempunyai kandungan alkaloida, saponin, flavonoid, polifenol, tanin, dan zat warna.
Zat-zat yang terkandung seperti saponin, flavonoid, dan tanin berfungsi sebagai
stimulator dan meningkatkan migrasi keratinosit serta meningkatkan keratinosit
dalam memproduksi fibrinektin (Falanga, 2003).
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris pada tikus wistar
jantan menggunakan rancangan penelitian the post test only control group design.
Sebelum penelitian ini dilakukan, dilakukan pengurusan ethical clearance di Komisi
Etik, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada. Sampel tikus Wistar Jantan
dikelompokkan menjadi 2 kelompok secara acak masing-masing 12 tikus kelompok
kontrol dan perlakuan. Daun Pandan Wangi diencerkan menjadi ekstrak daun Pandan
Wangi dengan konsentrasi 40%. Hewan coba dianestesi menggunakan anesject
kemudian dicabut gigi molar satu rahang kiri bawah. Pada kelompok kontrol
langsung diberi aquades dan pada kelompok perlakuan diberi ekstrak daun Pandan
Wangi senbanyak 2,5 ml/hari menggunakan sonde lambung secara intragastrik.
Pengorbanan dilakukan pada hari ke-3, hari ke-7, dan hari ke-14 pasca pencabutan.
Dilanjutkan dengan pengambilan jaringan dan difiksasi dengan larutan formaldehid
10% kemudian dilakukan prosesing jaringan dengan pewarnaan hematoksilin-eosin.
vii
Pada peneletian ini didapatkan hasil bahwa pada kelompok hari ke-3, ketebalan
epitel pada perlakuan (P) lebih tebal dibandingkan kelompok kontrol (K) tetapi tidak
signifikan. Peningkatan ini disebabkan adanya zat dalam daun Pandan Wangi yang
dapat berperan dalam peningkatan ketebalan epitel. Saponin memiliki fungsi sebagai
activator dan sintesis TGF-β1 serta modifikasi ekspresi reseptor TGF-β di fibroblast.
Pada hari ke-7 dan hari ke-14 didapatkan hasil ketebalan epitel kelompok perlakuan
(P) lebih tipis dibandingkan kelompok kontrol (K). Hal ini dimungkinkan karena
Pada proses epitelisasi, sel pada stratum basalis akan membelah, berproliferasi dan
berpindah ke permukaan epidermis. Setelah mencapai permukaan stratum korneum,
sel berubah menjadi pipih dan mati (Potter, 2005). Epitel yang memperbarui diri akan
merekonstruksi diri sendiri melalui tiga tahapan yang berkaitan, yaitu meningkatkan
sel induk yang aktif membelah, meningkatkan jumlah replikasi sel dan mengurangi
siklus replikasi sel. Pengurangan siklus replikasi sel terjadi karena kapasitas
proliferasi, dan rentang usia sel. Selain itu adanya konsep bahwa sel memiliki
kemampuan terbatas untuk bereplikasi (Kumar, 2005).
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]