PENGARUH TEKNIK DESINFEKSI DENGAN BERBAGAI MACAM LARUTAN DESINFEKTAN PADA HASIL CETAKAN ALGINAT TERHADAP STABILITAS DIMENSIONAL
Abstract
RINGKASAN
Pengaruh Teknik Desinfeksi dengan Berbagai Macam Larutan Desinfektan
pada Hasil Cetakan Alginat terhadap Stabilitas Dimensional; Distrina Fitrian
Sari, 091610101106; 2013; halaman; Bagian Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember.
Faktor yang harus diperhatikan saat menggunakan bahan cetak adalah kontrol
dari penularan infeksi, karena bahan cetak kedokteran gigi menjadi salah satu agen
penularan infeksi pada dokter gigi. Bahan cetak didesinfeksi dengan larutan
desinfektan untuk menghindari terjadinya kontaminasi bakteri. Bahan desinfektan
yang banyak digunakan dan mempunyai efektifitas desinfeksi pada mikroorganisme
patogen adalah sodium hipoklorit 0,5%, klorheksidin 0,2% dan hidrogen peroksida
3%. Teknik desinfeksi yang banyak digunakan adalah melalui tindakan perendaman
dan penyemprotan. Dalam bidang kedokteran gigi, bahan cetak yang sering
digunakan adalah alginat. Permasalahan yang dapat timbul setelah tindakan
desinfeksi adalah perubahan keakuratan dimensional dari bahan cetak alginat oleh
karena bahan cetak alginat mempunyai sifat imbibisi dan sineresis. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik desinfeksi dengan menggunakan
berbagai macam larutan desinfektan pada hasil cetakan alginat terhadap stabilitas
dimensional.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratoris
dengan rancangan penelitian The Post Test Control Group Design pada 72 sampel
hasil cetakan alginat. Pengelompokan sampel terdiri dari 9 kelompok, 1 kelompok
kontrol dan 8 kelompok perlakuan dengan teknik perendaman serta penyemprotan
menggunakan larutan desinfektan selama 10 menit. Pembuatan sampel alginat
diawali dengan mencampur bubuk alginat dengan air menggunakan mesin pengaduk
setelah itu mencetak alginat pada model master. Kemudian dilakukan desinfeksi pada
vii
hasil cetakan alginat kecuali kelompok kontrol (pada kelompok kontrol segera
dilakukan pengisian gipsum pada hasil cetakan alginat tanpa proses desinfeksi).
Selanjutnya sampel alginat yang telah diberi perlakuan diisi dengan gipsum. Hasil
dari pengisian berupa model uji gipsum diukur pada titik-titik yang telah ditandai
menggunakan jangka sorong. Ukuran awal pada model master yaitu garis AB/vertikal
42,3 dan garis BC/horizontal 29,4 mm.
Hasil rata-rata penelitian pada kelompok kontrol yaitu 42,3 mm pengukuran
garis AB/vertikal dan 29,4 mm pada pengukuran garis BC/horizontal, sedangkan
pada kelompok desinfeksi dengan teknik perendaman didapatkan hasil pada aquadest
42,425 mm (AB) dan 29,525 mm (BC), pada sodium hipoklorit 0,5% 42,4313 mm
(AB) dan 29,5315 mm (BC), pada klorheksidin 0,2% 42,4313 mm dan 29,5313 mm,
pada hidrogen peroksida 42,4438 mm (AB) dan 29,5338 mm (BC). Selanjutnya pada
kelompok desinfeksi dengan teknik penyemprotan didapatkan hasil pada aquadest
42,3038 mm (AB) dan 29,3388 (BC), pada sodium hipoklorit 0,5% 42,3075 mm
(AB) dan 29,3613 mm (BC), pada klorheksidin 0,2% 42,2438 mm (AB) dan 29,3438
mm (BC), serta pada hidrogen peroksida 3% 42,2438 mm (AB) dan 29,3438 mm
(BC). Terdapat nilai yang bermakna diantara kelompok teknik desinfeksi, tetapi tidak
menunjukkan nilai yang bermakna diantara bahan desinfektan (α = 0,05)
Kesimpulannya bahwa terdapat pengaruh pada stabilitas dimensional setelah
dilakukan teknik desinfeksi. Teknik perendaman merupakan teknik yang paling
berpengaruh mengubah stabilitas dimensional hasil cetakan alginat. Penggunaan
berbagai macam bahan desinfektan yang berbeda tidak memiliki pengaruh yang
bermakna terhadap stabilitas dimensional hasil cetakan alginat.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]