PENGARUH PENGGUNAAN ISOLATOR GLASSWOOL DAN FIBERGLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PANAS PADA HEAT EXCHANGER TIPE SHELL AND TUBE
Abstract
Heat exchanger adalah alat yang digunakan untuk menukar panas antara dua
fluida yang berbeda temperaturnya. Pertukaran panas mengalir dari fluida yang
bertemperatur tinggi ke fluida bertemperatur rendah. Dalam heat exchanger adanya
perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin tidak sampai 100% panas yang
berpindah terjadi pada sistem karena adanya perpindahan panas dari sistem ke
lingkungan, dan hal tersebut dapat menurunkan tingkat efektivitas panas. Sehingga
dibutuhkan material isolator pada dinding (shell) untuk meningkatkan efektivitas heat
exchanger. Material isolator dalam penelitian ini adalah material glasswool dan
fiberglass yang memiliki nilai konduktivitas termal yang kecil. Tujuan dari penelitian
untuk mengetahui pengaruh penggunaan isolator glasswool dan fiberglass terhadap:
(1) temperatur keluar oli dan air, (2) laju perpindahan panas LMTD, (3) efektivitas
panas dengan membandingkan efektivitas hasil penelitian dan rancangan desain
NTU, (4) mengetahui ketebalan isolator maksimum yang mempunyai nilai efektivitas
tertinggi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap pengujian yaitu pengujian heat
exchanger tanpa isolator kemudian heat exchanger menggunakan isolator. Pada
pengujian pertama tanpa isolator yaitu menentukan variable bebas yang telah
ditentukan yaitu mengkondisikan oli masuk dalam suhu 65
o
C, suhu air masuk 27
C,
tekanan oli masuk, tekanan air masuk, debit oli masuk, dan debit air masuk. variable
terikatnya adalah: temperatur oli keluar, temperatur air keluar, temperatur shell,
temperatur tube, tekanan oli keluar, dan tekanan air keluar.
Penelitian kedua menggunakan isolator, isolator yang digunakan pertama
adalah glasswool yaitu menentukan variable bebas yang telah ditentukan yaitu
o
mengkondisikan oli masuk dalam suhu 65
o
C, suhu air masuk 27
C, tekanan oli
masuk, tekanan air masuk, debit oli masuk, dan debit air masuk. variable terikatnya
adalah: temperatur oli keluar, temperatur air keluar, temperatur shell, temperatur tube,
temperatur isolator, tekanan oli keluar, dan tekanan air keluar. Dan kemudian setelah
selesai diganti dengan isolator fiberglass dengan masing-masing pengujian
menggunakan variasi ketebalan isolator 2,5 cm, 5 cm, 7,5 cm dengan masing-masing
penelitian diulang 3 kali pengambilan data.
Dari hasil penelitian ini didapat kan bahwa perbandingan suhu keluar dari oli
dan air pada kedua isolator yaitu fiberglass memiliki nilai beda suhu lebih kecil dari
pada glasswool, bahkan ketika kondisi tanpa isolator pun fiberglass lebih kecil dan
glasswool memiliki nilai lebih besar dari pada kondisi tanpa isolator. Laju
perpindahan panas LMTD didapatkan semakin tebal isolator yang digunakan maka
akan menurunkan laju perpindahan panasnya dan akan meningkatkan efektivitas
perpindahan panas yang terjadi, nilai laju perpindahan panas pada ketebalan 5 cm
pada glasswool lebih besar dari pada fiberglass yaitu 6,04 W sedangkan fiberglass
5,37 W. Kemudian untuk efektivitas hasil penelitian dan rancangan desain NTU
didapatkan perbandingan efektivitas lebih besar nilai efektivitas hasil penelitian
dibandingkan dengan efektivitas rancangan desain NTU dan dalam hal ini fiberglass
memiliki nilai efektivitas hasil penelitian tertinggi yaitu 28,61% pada ketebalan 5 cm
sedangkan glasswool nilai efektivitasnya 15% pada ketebalan yang sama.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]