Show simple item record

dc.contributor.authorHiding Cahyono
dc.date.accessioned2013-12-05T05:01:52Z
dc.date.available2013-12-05T05:01:52Z
dc.date.issued2013-12-05
dc.identifier.nimNIM081910101014
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/4729
dc.description.abstractMesin milling adalah salah satu mesin konvensional yang mampu mengerjakan penyayatan permukaan datar, sisi tegak, miring bahkan pembuatan alur dan roda gigi. Gerakan pemotongan terjadi saat alat potong berputar yang diikuti dengan gerakan pemakanan dan gerakan pengikat benda kerja. Menurut Suhardjono (dalam Sasmito 2011) untuk mencapai produktivitas yang tinggi dengan kualitas hasil pengerjaan produk yang sesuai dengan spesifikasi, sangat tergantung kekakuan sistem pencekaman benda kerja dan kondisi pemotongan yang dipilih, antara lain kecepatan potong, kecepatan makan, kedalaman potong, orientasi pahat, material benda kerja, pahat dan tebal geram. Dan Nur et al (2008) dalam proses pemotongan menggunakan mesin milling, temperature dikontrol dengan pendingin yang dipancarkan dari atas pahat. Aliran pendingin tersebut akan mengenai benda kerja dan pahat, sehingga temperature dapat dijaga. Temperatur yang dihasilkan dari proses tersebut bergantung dari besarnya debit aliran pendingin dan jenis pendingin yang digunakan. Salah satu jenis cairan pendingin yang umum digunakan adalah water soluble oil (cairan emulsi). Dalam pemakaiannya, cairan tersebut dicampur dengan air dengan perbandingan 1:20. Alat dan bahan yang digunakan adalah mesin Milling Aciera, Pahat End Mill, Surface roughnes tester, meja perata, jangka sorong, Stopwatch, Gelas ukur, Baja St 37, dan cairan pendingin. Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi dan Metrologi Politeknik Negeri Malang pada bulan Januari 2013. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan proses milling pada baja St 37 dengan model analisis regresi. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui nilai kekasaran paling tinggi dan nilai kekasaran paling rendah. Parameter yang menghasilkan nilai kekasaran paling tinggi yaitu pada variabel kecepatan potong 27,94 m/min, kecepatan makan 132 mm/min, dan debit cairan pendingin 0,005 l/dt dengan nilai kekasaran sebesar 5.98 µm. Sedangkan nilai terendah yang terjadi pada variabel kecepatan potong 27,94 m/min, kecepatan makan 82 mm/min, dan debit cairan pendingin 0.01 l/dt dengan nilai kekasaran sebesar 3,48 µm. Model regresi dari penelitian adalah Ra = 10 0.636 *(v) -0.577 *( Secara keseluruhan dari semua proses percobaan yang dilakukan, kecepatan makan memiliki pengaruh paling besar dibandingkan pengaruh kecepatan potong dan debit cairan pendingin karena dalam persamaan regresi kecepatan makan memiliki koefisien regresi paling besar. Sedangkan pengaruh yang paling kecil adalah debit cairan pendingin. Sebab pada hasil model regresi nilai Ra sebesar 4.325. sedangkan hasil Ra akibat dari peningkatan variabel kecepatan potong sebesar 1 satuan adalah 2.899, dan hasil Ra pada peningkatan variabel debit cairan pendingin sebesar 1 satuan adalah 3.65. Selisih dari nilai Ra awal dengan nilai Ra akibat penambahan nilai variabel kecepatan potong adalah sebesar 1.425, dan Selisih dari nilai Ra awal dengan nilai Ra akibat penambahan nilai variabel debit cairan pendingin adalah sebesar 0.675.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries081910101014;
dc.subjectKECEPATAN POTONG, MAKAN DAN DEBIT, VARIASI, PROSES MILLINGen_US
dc.titleANALISIS VARIASI KECEPATAN POTONG, KECEPATAN MAKAN DAN DEBIT CAIRAN PENDINGIN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA St 37 PADA PROSES MILLINGen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record