dc.description.abstract | Mesin milling adalah salah satu mesin konvensional yang mampu mengerjakan
penyayatan permukaan datar, sisi tegak, miring bahkan pembuatan alur dan roda gigi.
Gerakan pemotongan terjadi saat alat potong berputar yang diikuti dengan gerakan
pemakanan dan gerakan pengikat benda kerja. Menurut Suhardjono (dalam Sasmito
2011)
untuk mencapai produktivitas yang tinggi dengan kualitas hasil pengerjaan
produk yang sesuai dengan spesifikasi, sangat tergantung kekakuan sistem
pencekaman benda kerja dan kondisi pemotongan yang dipilih, antara lain kecepatan
potong, kecepatan makan, kedalaman potong, orientasi pahat, material benda kerja,
pahat dan tebal geram.
Dan Nur et al (2008) dalam proses pemotongan menggunakan
mesin milling, temperature dikontrol dengan pendingin yang dipancarkan dari atas
pahat. Aliran pendingin tersebut akan mengenai benda kerja dan pahat, sehingga
temperature dapat dijaga. Temperatur yang dihasilkan dari proses tersebut bergantung
dari besarnya debit aliran pendingin dan jenis pendingin yang digunakan. Salah satu
jenis cairan pendingin yang umum digunakan adalah water soluble oil (cairan
emulsi). Dalam pemakaiannya, cairan tersebut dicampur dengan air dengan
perbandingan 1:20.
Alat dan bahan yang digunakan adalah mesin Milling Aciera, Pahat End Mill,
Surface roughnes tester, meja perata, jangka sorong, Stopwatch, Gelas ukur, Baja St
37, dan cairan pendingin. Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi
dan Metrologi Politeknik Negeri Malang pada bulan Januari 2013. Pengambilan data
dilakukan dengan melakukan proses milling pada baja St 37 dengan model analisis
regresi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui nilai kekasaran paling tinggi
dan nilai kekasaran paling rendah. Parameter yang menghasilkan nilai kekasaran
paling tinggi yaitu pada variabel kecepatan potong 27,94 m/min, kecepatan makan
132 mm/min, dan debit cairan pendingin 0,005 l/dt dengan nilai kekasaran sebesar
5.98 µm. Sedangkan nilai terendah yang terjadi pada variabel kecepatan potong 27,94
m/min, kecepatan makan 82 mm/min, dan debit cairan pendingin 0.01 l/dt dengan
nilai kekasaran sebesar 3,48 µm.
Model regresi dari penelitian adalah Ra = 10
0.636
*(v)
-0.577
*(
Secara keseluruhan dari semua proses percobaan yang dilakukan, kecepatan makan
memiliki pengaruh paling besar dibandingkan pengaruh kecepatan potong dan debit
cairan pendingin karena dalam persamaan regresi kecepatan makan memiliki
koefisien regresi paling besar. Sedangkan pengaruh yang paling kecil adalah debit
cairan pendingin. Sebab pada hasil model regresi nilai Ra sebesar 4.325. sedangkan
hasil Ra akibat dari peningkatan variabel kecepatan potong sebesar 1 satuan adalah
2.899, dan hasil Ra pada peningkatan variabel debit cairan pendingin sebesar 1 satuan
adalah 3.65. Selisih dari nilai Ra awal dengan nilai Ra akibat penambahan nilai
variabel kecepatan potong adalah sebesar 1.425, dan Selisih dari nilai Ra awal dengan
nilai Ra akibat penambahan nilai variabel debit cairan pendingin adalah sebesar
0.675. | en_US |