dc.description.abstract | Cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran penting. Hampir setiap
hari produk cabai merah digunakan sehingga kebutuhan akan komoditas sayuran ini
semakin meningkat sejalan dengan makin bervariasinya jenis dan menu makanan
yang memanfaatkan cabai merah. Akan tetapi kebutuhan cabe merah di Indonesia
belum terlaksana secara maksimal mengingat rendahnya produksi cabe merah yang
disebabkan oleh banyaknya permasalahan pada budidaya cabe merah sehingga
produksi cabe merah menurun. Salah satu penyebabnya adalah serangan hama lalat
buah. Lalat buah mengakibatkan kerusakan yaitu jatuhnya buah menjadi busuk dan
berisi belatung. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui berapa jumlah
tanaman selasih yang efektif dalam menarik lalat buah (2) untuk mengetahui
seberapa besar efektivitas tanaman selasih dalam menarik lalat buah sebagai tanaman
sela yang berfungsi sebagai atraktan (3) untuk mengetahui seberapa besar tingkat
kerusakan pada tanaman cabai merah akibat serangan hama lalat buah dengan
menggunakan tanaman selasih sebagai tanaman sela. Hasil penelitian diharapkan
dengan penggunaan tanaman selasih sebagai tanaman sela cabai merah dapat menarik
lalat buah jantan sehingga tingkat kerusakan cabai merah dapat dikendalikan.
Penelitian dilaksanakan di green house Ekologi serta Laboratorium Botani
Program studi Pendidikan Biologi. Tahap yang dilakukan berupa tahap persiapan
yang terdiri dari pengolahan tanah, penyemaian bibit selasih dan cabai merah serta
pemilihan pot; pelaksanaan kegiatan terdiri dari penataan green house, penanaman
bibit selasih dan cabai merah serta pemeliharaan tanaman; dan tahap pengamatan
yang terdiri dari populasi lalat buah jantan yang hinggap pada selasih serta intensitas
serangan lalat buah. Pelepasan lalat buah dengan menggunakan kultur biakan murni
pada green house yang telah diberi screen.
Penelitian disusun dengan empat kali perlakuan dan tiga kali pengulangan.
Rancangan dasar yang yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK). Analisis yang digunakan adalah ANAVA. Beda antar perlakuan
diuji dengan menggunakan LSD pada taraf 5%.
Empat perlakuan selasih terhadap berbagai parameter yang diamati
menunjukkan hasil yang signifikan hingga berbeda tidak signifikan. Umur selasih
disemua perlakuan menunjukkan adanya hubungan yang tidak berbeda signifikan
terhadap lalat buah jantan yang tertangkap pada selasih. Perlakuan selasih terhadap
jumlah rerata lalat jantan yang tertangkap menunjukkan hasil berbeda signifikan.
Perlakuan selasih 5 buah (P3) disela tanaman cabai menunjukkan jumlah rerata lalat
jantan tertangkap sebanyak 3,90 ekor, selasih 3 buah (P2) 3,25 ekor, selasih 1 buah
(P1) 1,80 ekor, serta tanpa selasih (P0) 0,00 ekor. Umur selasih disemua perlakuan
menunjukkan adanya hubungan yang berbeda signifikan terhadap intensitas serangan
yang menyebabkan adanya cabai terinfeksi lalat buah. Sedangkan perlakuan selasih
terhadap cabai merah terinfeksi menunjukkan hasil berbeda tidak signifikan. Selasih
dengan 5 buah , jumlah rerata cabai yang terinfeksi sebanyak 0,5 buah; 3 buah selasih
sebanyak 0,9 buah; 1 buah selasih sebanyak 1,6 buah; serta tanpa perlakuan selasih
sebanyak 2,2 buah. Rerata jumlah lalat betina yang hadir merupakan sub parameter
yang diamati, menunjukkan hasil yang berbeda signifikan dan tingkat efektivitas
tanaman selasih dalam menarik lalat buah cukup efektif.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah perlakuan selasih terbanyak mampu
menarik lalat buah jantan dalam jumlah banyak pula. Tanaman selasih cukup efektif
dalam menarik lalat jantan sehingga kerusakan cabai merah dapat dikendalikan. | en_US |