HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN DENGAN PERUBAHAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANAK SEKOLAH DASAR (SD) (Studi di SDN Jember Kidul 3, SDN Kepatihan 2, SD Shinta dan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif (MIMA) KH. Shiddiq Kelurahan Jember Kidul Kabupaten Jember)
Abstract
Anemia Gizi Besi (AGB) merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dari kadar yang dianggap normal, sebagai akibat
ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam mempertahankan kadar
hemoglobin pada tingkat normal (Sumarmi, 2000 dalam Sulistiyani, 2010). Defisiensi
besi pada umumnya dijumpai golongan rawan gizi yaitu ibu hamil, ibu menyusui,
anak balita, dan anak usia sekolah termasuk di dalamnya yaitu anak sekolah dasar.
Pada anak sekolah dasar, perubahan kadar hemoglobin di bawah normal dapat
bersifat berbahaya karena dapat menyebabkan anemia gizi besi yang berdampak
buruk bagi penderitanya. Di Indonesia prevalensi Anemia Gizi Besi (AGB) pada anak
usia sekolah menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 sebesar
24%. Berdasarkan hasil survei anemia yang dilakukan oleh Puskesmas Jember Kidul
pada Bulan Juli 2010 pada siswi putri kelas 1 sampai 6 di SDN Jember Kidul III
sebesar 47,06%, MIMA Kh. Shiddiq sebesar 33,3%, SDN Kepatihan II sebesar 25%,
dan SD Shinta sebesar 12,5% memiliki kadar hemoglobin kurang dari normal.
Penyebab utama terjadinya AGB adalah kurangnya konsumsi zat besi yang
berasal dari makanan atau rendahnya absorbsi zat besi yang ada dalam makanan
sehingga kebutuhan zat besi tidak terpenuhi. Jika ketersediaan zat besi dari makanan
yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh akan mengakibatkan tubuh mengalami AGB.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, maka konsumsi makanan yang bergizi sesuai
dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) perlu diterapkan, agar kebutuhan
gizi yang dianjurkan bagi anak sekolah dapat terpenuhi sehingga tubuh dapat
mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal. Selain itu untuk
meningkatkan kadar hemoglobin juga dapat dilakukan dalam jangka waktu yang
pendek dengan suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional yang ditujukan
untuk menguji hipotesis-hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam
tentang hubungan-hubungan. Penelitian observasional bertujuan untuk mengetahui
hubungan konsumsi makanan dengan perubahan kadar hemoglobin sebelum dan
sesudah pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada anak sekolah dasar. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara teknik proportional random sampling
berdasarkan tempat dan kasus berada. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 79 anak. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Lambda Statistic L
untuk mengetahui hubungan konsumsi makanan dengan
perubahan kadar hemoglobin. Selain itu juga menggunakan uji statistik Wilcoxon
Signed Ranks Test untuk mengetahui perubahan kadar hemoglobin.
B
Hasil uji uji Lambda Statistic L
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara tingkat konsumsi protein (p=0,005) dan zat besi (0,046) serta pola konsumsi
ikan (p=0,000), wortel (p=0,000), susu (p=0,026), tablet vitamin C (p=0,030) dan teh
(p=0,049) dengan perubahan kadar hemoglobin pada anak sekolah dasar. Selain itu
hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan bahwa p (0,000) < α (0,05) yang
berarti bahwa terdapat perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah pemberian
Tablet Tambah Darah (TTD) pada anak sekolah dasar. Sebelum pemberian TTD
diketahui kadar Hb anak rata-rata sebesar 11,6 g%, sedangkan sesudah pemberian
TTD diketahui kadar Hb anak rata-rata sebesar 12,1 g%. Hal tersebut menunjukkan
adanya pengaruh pemberian TTD, tingkat konsumsi protein dan zat besi, serta pola
konsumsi makanan (ikan, wortel, susu dan tablet vitamin C) pada perubahan kadar
hemoglobin anak sekolah dasar. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan ada
informasi lebih lanjut pada anak sekolah dasar mengenai makanan yang sehat dan
bergizi terutama makanan yang berkontribusi terhadap peningkatan kadar
hemoglobin.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]