FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DROP OUT PADA PENDERITA TB PARU DI KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2009
Abstract
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberkulosis (M.tb). Indonesia saat ini
menempati urutan ke lima dari 22 negara dengan beban TB terbanyak yakni setelah
India, China, Afrika Selatan dan Nigeria. Suksesnya program penanggulangan TB
paru bisa dilihat pada tingkat kesembuhan dan tingkat drop out (DO) yang dicapai,
tingkat kesembuhan minimal 85% dari semua penderita baru BTA positif yang
ditemukan, sedangkan kejadian DO tidak diharapkan dan tidak boleh melebihi 5%
dari seluruh pasien TB paru yang diobati. Pengobatan penyakit TB paru memerlukan
waktu lama (6-8 bulan) dengan memakai strategi DOTS. Salah satu penyebab utama
ketidakberhasilan pengobatan adalah karena tidak teraturnya penderita minum obat
dalam pengobatan TB paru.
Di Kabupaten Situbondo tercatat jumlah penderita TB paru tahun 2007 hingga
tahun 2009 masih ditemukan penderita yang DO. Dengan rata-rata persentase masing
masing yaitu 6%, 7%, dan 5%. Pada periode tahun 2009 di Kabupaten Situbondo
tercatat beberapa UPK yang memiliki kejadian DO penyakit TB paru yang tinggi,
yaitu Rumah Sakit Abdoer Rahem (25%), Puskesmas Panarukan sebesar 20% dan
Puskesmas Arjasa sebesar 19%.
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik observasional
dengan rancangan bangun kasus kontrol (case control study) atau retrospective study.
Populasi pada penelitian ini dibagi menjadi sub populasi kasus dan sub populasi
kontrol. Sub populasi kasus adalah penderita TB paru BTA positif yang mengalami
9
DO, sedangkan sub populasi kontrol adalah penderita TB paru BTA positif yang
tidak mengalami DO. minimal jumlah populasi ditentukan melalui perhitungan
klaster sehingga didapatkan 2 klaster yaitu Puskesmas Arjasa dan Puskesmas
Panarukan. Dari 2 klaster ini didapatkan sub sampel kasus sebanyak 18 penderita
(total sub populasi kasus) dan sub sampel kontrol sebanyak 54 penderita karena
menggunakan perbandingan 1:3, sehingga total sampel dalam penelitian ini sebanyak
72 orang. Pemilihan sampel kontrol dilakukan dengan cara Proporsional Stratified
Random Sampling dengan menggunakan undian. Data yang diperoleh, diolah, dan
dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik dengan metode enter dengan
α=0,05, serta menganalisis faktor risiko dengan melakukan interpretasi terhadap nilai
odds ratio (OR).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 8 variabel yang secara
statistik memiliki pengaruh yang bermakna yaitu faktor pendidikan (p=0,002;
OR=8,62), pengetahuan (p=0,001; OR=34), penghasilan bersih (p=0,013; OR=5), dan
pekerjaan (p=0,002; OR=14,66). Sedangkan untuk variabel dari faktor eksternal yaitu
efek samping OAT (p=0,003; OR=7,82), kemudahan transportasi (p=0,001; OR=15),
dan dukungan PMO (p=0,001; OR=19). Sehingga perlu adanya peningkatan kualitas
pengetahuan masyarakat, khususnya di daerah terpencil dengan penyuluhan,
pemberian motivasi dan pelatihan kepada PMO agar dapat melakukan pekerjaan
dengan baik dan penuh semangat, lebih meningkatkan pelayanan melalui pendekatan
individu, serta Meningkatkan peranan tokoh masyarakat maupun tokoh agama dalam
memberikan penyuluhan penyakit TB paru.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]