dc.description.abstract | Stres merupakan pola adaptasi dan reaksi menghadapi stresor. Stres dapat
mengakibatkan perubahan hormonal, seperti peningkatan sekresi kortisol.
Peningkatan produksi hormon kortisol dapat menyebabkan keradangan pada seluruh
organ tubuh, salah satunya hati. Keradangan atau kerusakan pada sel hati akan
mempengaruhi kadar enzim transaminase, salah satunya enzim SGOT.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan
penelitian the post test only control group design yang dilaksanakan di Laboratorium
Zoologi, Jurusan Biologi Universitas Jember dan Jember Medical Center pada bulan
Juni – Juli 2011. Penelitian ini menggunakan 14 tikus jantan (Rattus norvegicus)
galur wistar. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan diberi stresor rasa sakit renjatan listrik
dengan arus listrik 5-30mA, tegangan 25V dan frekuensi 60Hz selama 14 hari. Pada
hari ke – 15 dilakukan pengambilan darah secara intrakardial. Kadar SGOT pada
serum darah diukur dengan metode UV tes.
Hasil penelitian menunjukkan rata – rata kadar SGOT kelompok kontrol
28.40 dan kelompok perlakuan 77.91. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan kadar SGOT pada tikus wisar jantan setelah dipapar stresor rasa sakit.
Pada saat stres, stresor akan memicu hipotalamus merangsang ACTH menghasilkan
hormon kortisol. Hormon ini dapat menyebabkan keradangan pada organ di seluruh
tubuh, termasuk hati. Ketika sel-sel tersebut rusak, sel hati akan melepaskan SGOT
ke dalam aliran darah sehingga terjadi peningkatan konsentrasi enzim SGOT di dalam
darah. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kadar SGOT dalam darah tikus
wistar (Rattus norvegicus) jantan antara kelompok kontrol dan perlakuan. | en_US |