dc.description.abstract | Konsep unit hidrograf diusulkan untuk memperkirakan hidrograf banjir di
lokasi pengukuran pada daerah tangkapan sesuai dengan hyetograph curah hujan.
Kurangnya data hidrologi memunculkan ide konsep hidrograf satuan sintetik (HSS).
Sebagai contoh, HSS Nakayasu diciptakan di Jepang namun demikian hidrograf ini
sudah biasa diaplikasikan di indonesia karena dipandang sebagai HSS paling praktis.
Sedangkan HSS Limantara diciptakan untuk wilayah Indonesia yang mempunyai
karakteristik daerah aliran sungai (DAS) Indonesia. Karakteristik hidrologi di setiap
daerah memiliki ciri khas yang berbeda-beda, sehingga tidak semua metode hidrograf
satuan sintetik dapat digunakan untuk memecahkan masalah hidrologi di setiap DAS
Tujuan dari penelitian ini adalah mengekplorasi konsep HSS Nakayasu dan
Limantara untuk di aplikasikan di Sub Das Kelapa Sawit. Kesesuaian model untuk
kedua HSS terhadap DAS dilakukan dengan mengkalibrasi nilai parameter Tp (waktu
untuk mencapai puncak) dan Qp (debit puncak) yang dibandingkan terhadap
hidrograf satuan observasi (HSO) Collins. Keandalan dari kedua model tersebut dapat
dievaluasi perbandingan nilai Nash antara hidrograf Nakayasu dan Limantara.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai debit puncak untuk HSO
Collins sebesar 26,400 m
3
/detik/mm dengan waktu mencapai puncak pada jam ke 4,
HSS Nakayasu debit puncak sebesar 26,316 m
3
/detik/mm dengan waktu puncak 4
jam. Sedangkan untuk HSS Limantara, debit puncaknya sebesar 14,154 dengan waktu
puncak sebesar 4 jam (diambil dari hasil terbagus pada tr =0,9tg) . Dari hasil perhitungan nilai Nash untuk HSS Nakayasu sebesar 0,793, dan HSS Limantara
sebesar 0,249. | en_US |