MANTRA DAN PANTUN KESENIAN KUDA KENCAK: NEGOSIASI DAN REPRESENTASI MASYARAKAT MADURA DI PROBOLINGGO
Abstract
Kesenian Kuda Kencak merupakan salah satu warisan budaya di
Probolinggo yang menggunakan kuda sebagai media utama dalam
pertunjukannya. Selain mempunyai nilai keindahan, dalam kesenian Kuda Kencak
juga terdapat sastra lisan berupa mantra dan pantun yang sarat dengan muatan
budaya sehingga patut untuk dilestarikan. Namun suatu realitas empiris
menunjukkan bahwa kajian sastra lisan keberadaannya semakin terabaikan
dibandingkan dengan kajian sastra tulis yang semakin banyak dikaji baik dalam
kegiatan ilmiah maupun non-ilmiah. Selain itu, kesenian Kuda Kencak juga
merupakan kesenian yang komplit dan menarik serta masih mampu
mempertahankan eksistensinya di arus modernitas yang ada dengan melakukan
negosiasi. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui: (1) struktur pertunjukan
kesenian Kuda Kencak, (2) formula dan fungsi mantra dan pantun kesenian Kuda
Kencak, (3) negosiasi dan representasi kesenian Kuda Kencak pada masyarakat
Madura di Probolinggo.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan etnografis. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pedagangan,
Kecamatan tiris, Kabupaten Probolinggo. Tahap pengumpulan data dilakukan dari
sumber data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari teknik
wawancara, perekaman, pencatatan, pengamatan secara cermat, dan dokumentasi.
Data sekunder diperoleh dari studi pustaka. Tahap analisis data dengan
menggunakan pilah unsur penentu dengan menggunakan metode deskriptif sesuai
dengan kerangka teoretis.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa struktur pertunjukan kesenian Kuda
Kencak terdiri atas Selamatan, Gong Pitu, Seronin, Kuda Kembar 2, Kuda
Tunggal, Ruwatan Kuda, Arak-arakan, Tari-tarian (Tari Ular, Tari Jaranan, Tari
Macan, Tari Banteng Edan, Tari Sewang-sewangan), dilanjutkan dengan
Timangan dan Ketopak Panglober. Analisis formula dilakukan terhadap 5 mantra
dan 2 pantun yang terdiri atas 11 bait. Formula mantra 1 terdiri atas formula
pararelisme sintaktis, formula repetisi anafora, formula repetisi mesodiplosis,
formula repetisi tautotes dan formula konkatenasi. Mantra 2 terdiri atas formula
pararelisme sintaktis, formula repetisi tautotes, formula repetisi anafora, formula
repetisi mesodiplosis dan formula konkatenasi. Mantra 3 terdiri atas formula
repetisi tautotes, formula repetisi mesodiplosis, dan formula konkatenasi. Mantra
4 terdiri atas formula repetisi tautotes dan formula konkatenasi. Mantra 5 terdiri
atas formula repetisi epistrofa.
Formula pantun Kuda Kembar 2 terdiri atas formula pararelisme sintaktis,
formula asonansi, formula aliterasi, dan formula konkatenasi. Formula pantun
Timangan terdiri atas formula pararelisme sintaktis, formula asonansi, formula
aliterasi, formula repetisi tautotes, formula mesodiplosis, dan formula repetisi
anafora. Fungsi pertunjukan kesenian Kuda Kencak, yakni sebagai alat untuk
menghibur, alat pendidikan, alat untuk mempererat tali persaudaraan, pengawas
terhadap suatu norma-norma, dan sebagai media pengumpul massa. Fungsi mantra
dan pantun, sebagai bentuk hiburan, sebagai alat pengesahan pranata-pranata atau
lembaga-lembaga kebudayaan, sebagai alat pendidikan, sebagai alat pemaksa dan
pengawas supaya norma-norma masyarakat selalu dipatuhi oleh anggota
kolektifnya.
Negosiasi kesenian Kuda Kencak dalam menghadapi modernitas, (1)
menambahkan unsur baru yang dimodifikasi dari unsur lama, (2) mengemas
pertunjukan dalam bentuk kaset VCD. Kuda Kencak sebagai representasi
masyarakat Madura di Probolinggo dapat dilihat dari: (1) gerakan tubuh (2)
bahasa/percakapan, (3) warna kostum, (4) thâmbhâng/lagu, (5) tema drama/ludruk
yang dimainkan. Peran pemerintah dalam pelestarian kesenian Kuda Kencak
yakni, memberikan penyuluhan rutin, mengikutsertakan dalam festival,
mempromosikan melalui berbagai media, dan memberikan nomor induk terhadap
setiap grup kesenian.