PENGARUH INDUKSI TOKSIN UBUR-UBUR (Physalia Physalis) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARU-PARU TIKUS WISTAR
Abstract
RINGKASAN
Pengaruh Induksi Toksin Ubur-ubur (Physalia physalis) Terhadap
Gambaran Histopatologi Paru-paru Tikus Wistar; Sayyidah Auliany Aminy,
102010101041; 2013; 60 halaman; Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Ubur-ubur Physalia physalis merupakan salah satu spesies ubur-ubur
beracun yang sering menyengat manusia. Serangan ubur-ubur di Indonesia cukup
tinggi disebabkan kondisi iklim dan tingginya aktivitas di wilayah pantai. Toksin
ubur-ubur Physalia physalis memiliki berbagai macam efek berbahaya bagi tubuh
manusia. Salah satu efek toksin Physalia physalis adalah timbulnya sesak nafas
setelah tersengat, pola nafas berubah menjadi cepat dan dalam, kemudian
melemah dan diikuti oleh terjadinya kegagalan pernafasan. Akan tetapi sampai
saat ini belum diketahui secara pasti mekanisme terjadinya sesak nafas pada
pasien pasca sengatan ubur-ubur Physalia physalis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pneumotoxic protein toksin
ubur-ubur Physalia physalis secara in vivo pada tikus galur Wistar. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Jember
pada bulan Agustus-Oktober 2013. Penelitian merupakan penelitian true
experimental dengan metode Post Test Only Control Group Design. Bahan yang
digunakan adalah protein toksin ubur-ubur Physalia physalis. Pembuatan larutan
protein toksin dilakukan dengan metode lipolizer dan pengukuran kadar protein
toksin dilakukan dengan metode Bradford. Sampel yang digunakan adalah tikus
putih galur Wistar jantan berusia 2-3 bulan dengan berat rata-rata 150 gram,
kemudian dilakukan perlakuan berupa injeksi protein toksin ubur-ubur Physalia
physalis. Kelompok perlakuan dibagi menjadi 4 kelompok, dan tiap kelompok
terdiri atas 6 ekor tikus Wistar, K diinjeksi dengan larutan PZ; P1 diinjeksi protein
toksin ubur-ubur Physalia physalis dengan dosis 10 mg/KgBB; P2 diinjeksi
protein toksin ubur-ubur Physalia physalis dengan dosis 20 mg/KgBB; P3
diinjeksi dengan protein toksin ubur-ubur Physalia physalis dengan dosis 30
mg/KgBB. Kemudian, setelah 6 jam dilakukan pengambilan organ paru-paru tikus
viii
yang didahului dengan proses dekapitasi. Paru-paru sampel kemudian direndam
dengan larutan formalin 10% kemudian dilakukan pembuatan preparat dengan
metode parafin dan pewarnaaan HE, kemudian dilakukan pengamatan secara
mikroskopik dan ditentukan tingkat perubahan histopatologi paru-paru dengan
menggunakan skor. Setelah itu dilakukan analisis data.
Hasil penelitian menunjukkan terjadinya perubahan histopatologi pada paruparu
tikus Wistar berupa infiltrasi sel radang, edema paru, degenerasi dan
apoptosis sel-sel penyusun paru. Hasil uji statistik Kruskal-wallis menunjukkan
data memiliki perbedaan signifikan (p<0,05) (p=0,001). Terdapat perbedaan yang
signifikan (p<0,05) pada perubahan histologi paru-paru antara kelompok K dan
P1 (p=0,001); K dan P2 (p=0,001); K dan P3(p=0,001). Kemudian, tidak
didapatkan adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05) pada perubahan histologi
paru-paru antara kelompok P1 dan P2 (p=1,000);P1 dan P3 (p=1,000),P2 dan P3
(p=1,000).
Penelitian ini menunjukkan bahwa toksin ubur-ubur Physalia physalis
memiliki pengaruh terhadap perubahan histopatologi paru-paru tikus Wistar.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]