PERBEDAAN PERSEPSI PENERIMAAN PROGRAM INTERNSIP ANTARA MAHASISWA TAHAP AKADEMIK, TAHAP PROFESI DAN DOKTER INTERNSIP (STUDI PADA MAHASISWA TAHAP AKADEMIK, TAHAP PROFES
Abstract
INGKASAN
Perbedaan Persepsi Penerimaan Program Internsip Antara Mahasiswa
Tahap Akademik, Tahap Profesi dan Dokter Internsip (Studi Pada
Mahasiswa Tahap Akademik, Tahap Profesi dan Dokter Internsip Fakultas
Kedokteran Universitas Jember); Satrio Tri Hadmoko, 102010101060; 2013;
119 halaman; Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia dalam
bidang kedokteran, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan
menerapkan program internsip bagi lulusan dokter dengan kurikulum KBK mulai
tahun 2010. Menurut UU RI No. 29 Tahun 2004 pasal 27 tentang Praktik
Kedokteran menyebutkan bahwa setelah lulus dari institusi pendidikan dokter,
diperlukan program pemahiran sebagai salah satu tahap pelatihan keprofesian pra
registrasi berbasis kompetensi pelayanan primer bagi lulusan dokter. Program
Internsip dokter sudah dilaksanakan sejak lama di negara lain sebagai program
internship atau housemanship yang mengacu pada standar World Federation of
Medical Education (WFME) (Badan Litbangkes dan BPPSDM Kesehatan, 2013).
Program internsip adalah satu fase pelatihan praktik kedokteran bagi lulusan
dokter untuk memahirkan kompetensi yang telah dicapai dengan terjun langsung
ke masyakat untuk menerapkan ilmu kedokteran mereka dengan supervisi. Setelah
menyelesaikan program internsip selama kurang lebih antara satu hingga tiga
tahun, dokter internsip akan memperoleh (Surat Izin Praktik) SIP dan (Surat
Tanda Registrasi) STR definitif yang dapat digunakan untuk menjalankan praktik
kedokteran secara penuh (Menkes RI, 2010).
Hasil evaluasi program internsip yang dilaksanakan tim evaluasi internsip
pada tahun 2013 menunjukkan bahwa terdapat beberapa masalah dalam
pelaksanaan internsip antara lain jumlah dan ketepatan waktu penyaluran gaji
yang tidak sesuai, selain itu beberapa wahana Program Internsip Dokter Indonesia
(PIDI) tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan. Dukungan logistik dan
manajemen kurang memadai seperti tidak tersedianya buku pedoman, kurang
jelasnya logbook dan sulitnya membuat SIP Internsip (Badan Litbangkes dan
BPPSDM Kesehatan, 2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi penerimaan
program internsip antara mahasiwa tahap akademik, tahap profesi dan dokter
internsip serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi penerimaan program
internsip tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode cross
sectional. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif menggunakan kuesioner
mengenai persepsi penerimaan program internsip dengan mengambil sampel dari
mahasiswa tahap akademik, mahasiswa tahap profesi dan dokter internsip.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah terdapat perbedaan yang signifikan
mengenai persepsi penerimaan program internsip antara mahasiswa tahap
akademik, tahap klinik dan dokter internsip. Faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi penerimaan program internsip pada masing-masing tingkatan pendidikan
memiliki variasi yang berbeda bergantung pada nilai rata-rata setiap pernyataan
pada kuesioner, sehingga menentukan seberapa besar pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap persepsi penerimaan program internsip.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]