dc.description.abstract | Novel Di Bawah Langit karya Opik ”Tombo Ati” dan Taufiqurrahman AlAzizy
merupakan
novel
yang
ditulis
berdasarkan
film
yang
berjudul
sama
Di
Bawah
Langit.
Ada yang berbeda antara novel dan film, cerita dalam novel lebih lengkap
sedangkan dalam filmnya banyak tayangan yang dipotong akibat terbatasnya durasi.
Novel tersebut menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
Manfaat dua bahasa tersebut pembaca juga bisa mengerti tentang bahasa Jawa. Novel
ini juga menceritakan seseorang yang menolong fakir miskin meskipun melalui jalan
yang tidak halal yaitu mencuri. Nilai religius yang ada dalam cerita sangat menarik
untuk dibahas dan banyak manfaat yang dapat diambil seperti tolong menolong,
menghormati perbedaan persepsi dalam cara keberagamaan dan sebagainya.
Tujuan dari penelitian adalah: (1) mendeskripsikan unsur struktural novel
yang meliputi tema, penokohan dan perwatakan, latar, dan konflik, (2)
mendeskripsikan aspek religius dalam novel Di Bawah Langit. Hasil penelitian
tersebut diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dalam
meningkatkan kereligiusan seseorang dalam menghadapi masalah kehidupan di
dunia dan memperkuat keimanan seseorang.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yakni pendekatan
struktural dan aspek religius. Pendekatan struktural digunakan sebagai bentuk
analisis awal sebuah novel Di Bawah Langit. Aspek religius digumakan untuk
menganalisis tingkatan religius dalam novel Di Bawah Langit.
Dari analisis struktural novel Di Bawah Langit dapat diketahui bahwa tema
mayor dalam novel Di Bawah Langit adalah cinta yang dialami tokoh Gelung
sedangkan tema minor dalam Di Bawah Langit adalah Keegoisan orang tua membuat
anaknya menderita yang dapat dilihat dalam tokoh Kyai Ahmad, Pendidikan agama
yang kuat membuat seorang anak taat kepada orang tua yang dapat dilihat dalam
tokoh Maysaroh dan Jaelani, dan Sikap tolong menolong dapat membantu orang lain
yang dapat dilihat dalam tokoh Fajar. Watak dalam tokoh novel Di Bawah Langit
ada yang berwatak datar ada pula yang berwatak bulat. Tokoh Kyai Ahmad,
Maysaroh, Jaelani, dan fajar memiliki watak datar sedangkan Gelung berwatak bulat.
Novel tersebut menggambarkan tentang kehidupan nelayan di Dusun Glagah.
Pembahasan religius, dapat dipaparkan bahwa novel Di Bawah Langit
tersebut mengarah pada ukuran tingkat kereligiusan seseorang. Tingkat kereligiusan
seseorang, dapat dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu keterlibatan ritual (ritual
involvement), keterlibatan ideologikal (ideological involvement), keterlibatan
intelektual (intelectual involvement), keterlibatan eksperiental (experiental
involvement), dan keterlibatan konsekuensial (consequential involvement).
Keterlibatan ritual (ritual involvement) diwujudkan oleh Gelung yaitu tokoh utama
dalam novel Di Bawah Langit dengan melaksanakan shalat, berdoa kepada Allah,
dan menikah. Keterlibatan ideologikal (ideological involvement)) diwujudkan
dengan meyakini tentang adanya Allah. Keterlibatan intelektual (intelectual
involvement) diwujudkan dengan adanya aktivitas menambah pengetahuan tentang
ajaran agama dengan cara membaca Al-Quran. Keterlibatan eksperiensial
(experiental involvement) diwujudkan dengan Gelung mempunyai kelebihan yang
dikaruniai oleh Tuhan dan kekuasaan Allah yang telah menyelamatkannya.
Keterlibatan konsekuensial (consequential involvement) diwujudkan dengan sikap
tolong menolong dan saling memaafkan. Tingkat religius juga terjadi pada tokoh
bawahan dan tidak semua tingkatan religius dijalankan oleh tokoh bawahan. | en_US |