PROFIL DAN KARAKTERISTIK MINYAK IKAN PATIN HASIL VARIASI PAKAN DAN METODE EKSTRAKSI
Abstract
Ikan patin (Pangasius djambal) mempunyai potensi pemanfaatan minyaknya
sebagai sumber asam lemak tak jenuh dalam peningkatan pemenuhan kebutuhan
pangan dan gizi masyarakat. Minyak ikan merupakan salah satu zat gizi yang
mengandung asam lemak kaya manfaat karena banyak mengandung asam lemak tak
jenuh. Penelitian ini menggunakan sampel ikan patin (P. djambal) yang diberi pakan
kombinasi antara pellet dan Azolla pinnata. Minyak ikan yang terdapat pada ikan
patin diekstrak mengunakan metode ekstraksi rendering kering (dry rendering) dan
rendering basah (wet rendering). Pemberian pakan dan metode ekstraksi yang
digunakan mempengaruhi kualitas dan asam lemak penyusun minyak ikan yang
diperoleh.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
pakan A. pinnata + pellet dan metode ekstraksi terhadap profil dan karakteristik
ekstrak minyak ikan patin (P. djambal). Profil ekstrak minyak ikan patin yang
dianalisis adalah jenis dan kuantitas asam lemak. Karakteristik minyak ikan yang
diuji adalah rendemen minyak ikan, angka asam lemak bebas (FFA), angka
penyabunan, angka peroksida, bilangan iod.
Metode rendering basah dilakukan dengan refluk sampel daging ikan patin
pada suhu 100 oC selama lima jam. Sedangkan metode rendering kering dilakukan
dengan pengovenan dalam keadaan vakum pada suhu 70oC selama tiga jam. Kedua
metode ekstraksi diberlakukan untuk sampel ikan yang diberi pakan A. pinnata +
pellet dengan perbandingan 1:3 dan ikan yang diberi pakan pellet sebagai kontrol.
Analisis karakteristik minyak ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan
kualitas ekstrak minyak yang didapatkan. Analisis profil bertujuan untuk mengetahui jenis dan kuantitas asam lemak yang terkandung dalam ekstrak minyak ikan. Analisis
profil dilakukan dengan menggunakan GCMS.
Uji karakteristik berdasarkan variasi metode yang digunakan, metode
ekstraksi rendering kering menghasilkan kualitas minyak ikan lebih baik
dibandingkan metode ekstraksi rendering kering. Hal ini diindikasikan bahwa minyak
ikan hasil metode ekstraksi rendering kering memiliki angka FFA dan angka
peroksida lebih rendah. Selain itu metode rendering kering juga menghasilkan angka
penyabunan dan bilangan iod lebih tinggi dibandingkan metode rendering basah. Uji
karakteristik ekstrak minyak ikan pakan A. pinnata + pellet (1:3) diperoleh angka
FFA dan bilangan iod lebih rendah, serta angka penyabunan dan angka peroksida
lebih tinggi dibandingkan ekstrak minyak ikan pakan pellet. Hasil uji karakteristik
tersebut mengindikasikan kualitas minyak ikan pakan A. pinnata + pellet (1:3) lebih
jelek dibandingkan ekstrak minyak ikan pakan pellet.
Metode ekstraksi tidak mempengaruhi seluruh asam lemak tak jenuh pada
ekstrak minyak ikan pakan A. pinnata + pellet (1:3), namun hanya beberapa jenis
asam lemak tak jenuh saja. Pada metode rendering basah asam lemak gondoat dan
asam lemak linoleat lebih tinggi kuantitasnya, sedangkan pada metode rendering
kering asam lemak oleat lebih tinggi kuantitasnya. Sementara asam lemak tak jenuh
ekstrak minyak ikan pakan pellet mengalami perbedaan pada kedua metode ekstraksi.
Metode rendering basah memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi
dibandingkan asam lemak tak jenuh pada metode rendering kering. Hal ini
disebabkan karena kuantitas asam lemak omega 3 pada ekstrak minyak ikan pakan
pellet labih tinggi. Profil ekstrak minyak ikan patin yang diberi perlakuan pakan A.
pinnata + pellet (1:3) lebih baik dibandingkan ekstrak minyak ikan patin yang diberi
perlakuan pakan pellet. Ekstrak minyak ikan patin yang diberi perlakuan pakan A.
pinnata + pellet (1:3) mempunyai jenis dan kuantitas asam lemak tak jenuh lebih
banyak dibandingkan ekstrak minyak ikan patin yang diberi perlakuan pakan pellet.