PENGARUH EDUKASI DAN KONSELING TERHADAP ANGKA KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN JEMBER
Abstract
RINGKASAN
Pengaruh Edukasi dan Konseling Terhadap Angka Kejadian Skabies di Pondok
Pesantren Al Hasan Jember; Petrina Theda Philothra, 102010101087; 2010: 103
halaman; Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. Di Indonesia, skabies
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Hal ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor risiko seperti lingkungan yang padat penduduknya (pondok pesantren,
panti jompo), keadaan sosial ekonomi yang rendah, higiene perseorangan yang buruk,
minimnya pengetahuan, lingkungan yang tidak saniter, perilaku yang tidak
mendukung kesehatan, sering berganti pasangan seksual, dan kesalahan diagnosis
serta penatalaksanaannya. Salah satu penanggulangan skabies dilakukan dengan
memutuskan rantai penularannya yang dapat diperoleh dengan pemberian edukasi.
Edukasi dan konseling mengenai penyakit skabies diharap meningkatkan
pengetahuan, yang selanjutnya memperbaiki sikap dan perilaku dalam mencegah
penularan skabies.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi dan
konseling kesehatan mengenai skabies terhadap angka kejadian skabies di Pondok
Pesantren. Penelitian dilaksanakan dengan memberikan pre test berupa kuesioner
kepada sampel penelitian kelompok eksperimen dan kontrol, dilanjutkan dengan
perlakuan selama 6 minggu dan post test di akhir penelitian. Kuesioner digunakan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku responden sebagai
pengaruh atas perlakuan berupa edukasi. Pengambilan sampel dilakukan secara
accidental sampling dengan jumlah sampel masing-masing kelompok berjumlah 46
orang di Pondok Pesantren Al Hasan 1 dan 2 Jember.
Hasil kuesioner pre test pada kelompok I dan II relatif homogen, dan setelah
diberikan perlakuan, terdapat perbedaan yang cukup signifikan terhadap tingkat
pengetahuan, sikap, dan perilaku antara responden di kelompok I dan II. Di akhir
penelitian, jumlah responden yang tertular skabies di kelompok I berjumlah 5 orang,
sedangkan di kelompok II berjumlah 16 orang. Responden yang tertular skabies
mayoritas memiliki tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang rendah atau sedang
saat post test dan terlebih pada saat pre test. Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa pemberian edukasi dan konseling berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan,
sikap, dan perilaku yang berdampak terhadap angka kejadian skabies.
RINGKASAN
Pengaruh Edukasi dan Konseling Terhadap Angka Kejadian Skabies di Pondok
Pesantren Al Hasan Jember; Petrina Theda Philothra, 102010101087; 2010: 103
halaman; Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. Di Indonesia, skabies
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Hal ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor risiko seperti lingkungan yang padat penduduknya (pondok pesantren,
panti jompo), keadaan sosial ekonomi yang rendah, higiene perseorangan yang buruk,
minimnya pengetahuan, lingkungan yang tidak saniter, perilaku yang tidak
mendukung kesehatan, sering berganti pasangan seksual, dan kesalahan diagnosis
serta penatalaksanaannya. Salah satu penanggulangan skabies dilakukan dengan
memutuskan rantai penularannya yang dapat diperoleh dengan pemberian edukasi.
Edukasi dan konseling mengenai penyakit skabies diharap meningkatkan
pengetahuan, yang selanjutnya memperbaiki sikap dan perilaku dalam mencegah
penularan skabies.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi dan
konseling kesehatan mengenai skabies terhadap angka kejadian skabies di Pondok
Pesantren. Penelitian dilaksanakan dengan memberikan pre test berupa kuesioner
kepada sampel penelitian kelompok eksperimen dan kontrol, dilanjutkan dengan
perlakuan selama 6 minggu dan post test di akhir penelitian. Kuesioner digunakan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku responden sebagai
pengaruh atas perlakuan berupa edukasi. Pengambilan sampel dilakukan secara
accidental sampling dengan jumlah sampel masing-masing kelompok berjumlah 46
orang di Pondok Pesantren Al Hasan 1 dan 2 Jember.
Hasil kuesioner pre test pada kelompok I dan II relatif homogen, dan setelah
diberikan perlakuan, terdapat perbedaan yang cukup signifikan terhadap tingkat
pengetahuan, sikap, dan perilaku antara responden di kelompok I dan II. Di akhir
penelitian, jumlah responden yang tertular skabies di kelompok I berjumlah 5 orang,
sedangkan di kelompok II berjumlah 16 orang. Responden yang tertular skabies
mayoritas memiliki tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang rendah atau sedang
saat post test dan terlebih pada saat pre test. Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa pemberian edukasi dan konseling berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan,
sikap, dan perilaku yang berdampak terhadap angka kejadian skabies.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]