INVESTIGASI ALGORITMA PARAMETER INPUT NON ITERATIF DALAM METODE ART DAN SIRT PADA TOMOGRAFI LINIER
Abstract
Computed Tomography (CT) merupakan metode untuk melihat kondisi dalam
sebuah obyek dengan melakukan pemetaan terhadap kerapatan jaringan berdasarkan
intensitas penyerapannya terhadap energi Sinar-X. Untuk menghasilkan sebuah citra,
diperlukan sejumlah data proyeksi yang menginformasikan tentang kondisi tubuh
yang dilalui oleh sinar-X. Semakin banyak data proyeksi yang digunakan untuk
merekonstruksi citra maka semakin baik kualitas citra yang dihasilkan. Dengan kata
lain semakin banyak sudut penyinaran yang digunakan maka semakin baik kualitas
citra CT. Akan tetapi, seringkali pada sudut penyinaran lebih dari 180
, data proyeksi
tidak terdistribusi merata atau tidak dapat dihasilkan, sehingga hal ini tidak
memungkinkan untuk menghasilkan data proyeksi dalam jumlah yang banyak.
Dengan demikian, diperlukan metode yang tepat untuk merekonstruksi citra dengan
data proyeksi terbatas. Untuk menghasilkan citra dengan data proyeksi yang terbatas
digunakan metode iteratif yakni Algebraic Reconstruction Technique (ART) dan
Simultaneous Iterative Reconstruction Technique (SIRT). Metode ART dan SIRT
membutuhkan parameter input yang dilakukan secara iteratif, hal ini mengakibatkan
proses rekonstruksi berjalan lambat. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi parameter
input secara non iteratif. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan algoritma
iteratif perekonstruksi sistem 2D menggunakan metode ART dan SIRT pada
tomografi linier dengan menggunakan parameter input non iteratif. Hasil penelitian
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efektivitas proses rekonstruksi
dengan melakukan modifikasi terhadap parameter input secara non iteratif.
Penelitian dilakukan berdasarkan tiga tahap, tahap pertama menentukan obyek
yang digunakan, dalam hal ini obyek dimisalkan dalam bentuk matriks berdimensi
100×100. Tahap kedua menentukan parameter perekonstruksi secara non iteratif
dengan cara menentukan variasi sudut proyeksi yang terdiri dari 10
˚
, 15
.
Banyaknya data proyeksi diperoleh dengan membagi besar sudut putar maksimum
terhadap variasi sudut proyeksi. Serta menetukan matriks beban yang memiliki
dimensi matriks W=N×M dimana N merupakan perkalian antara banyaknya proyeksi
dengan ukuran matriks benda, sedangkan M merupakan jumlah piksel dari matriks
benda. Pada tahap ketiga melakukan proses rekonstruksi dengan menggunakan
metode ART dan SIRT.
ART memiliki nilai error yang menurun seiring bertambahnya sudut proyeksi,
sementara itu SIRT memiliki nilai error yang semakin besar seiring bertambahnya
sudut proyeksi. Hal ini terjadi karena ART tidak membutuhkan terlalu banyak
proyeksi dan algoritma ART lebih sederhana jika dibandingkan dengan SIRT.
Metode rekonstruksi ART memiliki kecepatan yang tinggi untuk mencapai
konvergensi terhadap nilai error. Parameter rekonstruksi secara non iteratif sangat
efektif jika digunakan pada tomografi linier karena memiliki kecepatan rekonstruksi
yang cukup tinggi dan memiliki nilai error yang kecil.